Dalam
asuhan seorang nenek ia hidup penuh akan kesederhanaan dan kasih sayang dari
sang nenek. Ia gadis yang sangat mandiri dan pantang menyerah.Ayah dan ibunya
sudah bercerai sejak ia berusia 8 tahun, perceraian orangtuanya itu membuat ia
terpisah dengan adiknya yang sangat ia sayangi, Lulu atau Lupita ia harus hidup
bersama dengan nenek dari ibunya karna ibunya memilih pergi ke luar negri untuk
menjadi seorang TKW dan ayahnya menikah lagi dengan wanita selingkuhannya.
Sedangkan adiknya dibawa bersama ayahnya dengan istrinya yang baru tersebut.
Sejak kecil Lulu memang sudah mempunyai penyakit yang membuat dia harus tetap
bertahan demi ibu dan neneknya, ya Lulu mempunyai penyakit kanker sirosis, yang
diturunkan oleh sang kakek. Kanker sirosis merupakan jenis penyakit kanker hati,
sirosis itu sendiri mempunyai arti jenjang akhir dari proses fibrosis hati,yang merupakan konsekuensi
dari penyakit kronis hati yang ditandai dengan
adanya penggantian jaringan normal dengan jaringan fibrous sehingga sel-sel
hati akan kehilangan fungsinya. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh minuman keras, hepatitis B dan C dan gemuk
penyakit hati tetapi telah banyak kemungkinan penyebab lain.
Pada kasus seperti ini, seringkali terjadi gangguan pada
portal pembuluh balik pada
hati (bahasa Inggris: Extrahepatic
portal vein obstruction, EHPVO) sehingga mengakibatkan terganggunya homeostasis pada hati yang berdampak
pada disfungsi sintesis faktor koagulasi, terutama faktor V dan faktor VII.
Lulu dahulu
sebelum hatinya di transpalasikan ia harus bulak-balik ke sebuah rumah sakit
rujukan nasional pemerintah yang ada di Jakarta, terlihat tegar ketika ia harus
menjalani kemoterapi disana, meski hanya didampingi sang nenek. Sikap pantang
menyerahnya itu yang membuat ia bertahan hingga ia seperti sekarang ini dan
berkat seorang dermawan itu lah yang membantu proses pengobatannya dan
transpalasi hati tersebut. Badannya sempat kurus, rambutnya pun rontok akiabt
dari kerasnya dosis obat kemoterapi tersebut, namun dokter sempat menyatakan
bahwa kemoterapi yang terakhir di tolak oleh tubuh Lulu, sehingga membuat Lulu jatuh
koma di ruang ICU. Dokter menganjurkan untuk melakukan transpalasi hati untuk
kelangsungan hidup Lulu. Neneknya pun berusaha keras menghubungi sanak
saudaranya, termasuk ayah Lulu dan adiknya yang sudah beranjak dewasa. Dari
salah satu mereka memang ada yang bersedia untuk mendonorkan hatinya, namun
tidak ada yang cocok termasuknya ayahnya sendiri, hingga pad akhirnya kecocokan
terdapat pada sang adik. Sang adik pun bersedia, walaupun ayahnya terlihat
tidak ikhlas akan kehilangan anaknya yang paling kecil itu dari hasil buah
pernikahan pertamanya. Namun adik Lulu berhasil meyakinkan sang ayah, “ayah
tenang saja, walaupun aku tidak ada nanti tapi hati ku akan selalu ada di dalam
tubuhnya kak Lulu”. Disitulah sang ayah meneteskan air mata dan merasa tidak
berguna sebagai seorang ayah. Ia pun mengikhlaskan semua itu, hingga keduanya
pun masuk ke dalam ruang operasi.
Setelah operasi
berjalan selama kurang lebih tiga jam lamanya, dokter pun keluar dari ruang
operasi tersebut, hingga akhirnya dokter menyatakan operasinya berhasil. Dan
Lulu di bawa ke ruang ICU terlebih dahulu sebelum ia tersadarkan diri, namun
adiknya dibawa ke ruang jenazah untuk dimandikan disana, karna sang adik lah
yang sangat cocok organ hatinya dengan Lulu, sehingga ia rela menerima semua
kosekuensinya. Seketika koridor dekat ruang operasi tersebut hening dan penuh
akan tangisan karna melihat tubuh Gibran adik Lulu sudah terbujur kaku dan
tanpa ada nafas, disertai ditutupkannya kain putih di seluruh tubuhnya.
Terlihat merona wajahnya memancarkan cahaya dan ia tersenyum bahagia.
Jenazah Gibran
pun segera di bawa pulang ke rumah dan dimakamkan tepat di makam sebelah
kakeknya. Disinilah ayahnya merasa sangat bersalah dan merasa tidak layak
sebagai ayah, hingga tiga hari berlalu dan Lulu pun telah sadarkan diri dan
kini ia telah dipindahkan ke ruang rawat inap dan bukan di ICU lagi, tatapannya
tatapannya terlihat masih samar-samar, namun ia menyadari bahwa disampingnya
ada sosok ayahnya, hingga akhirnya ia memanggil sang ayah, “ayaaah, ayah nenek
mana ??” ayahnya pun menjawab “nenekmu sedang pulang ke rumah nak, ia ayah
suruh pulang karna sudah terlihat sangat lelah” Lulu pun bertanya kembali
kepada sang ayah “ lalu ayah kesini dengan siapa ??? Gibran kemana yah ??
apakah ayah tidak mengajaknya kesini ???” ayahnya pun diam seketika dan tak
bisa mengeluarkan kata-kata sedikitpun hingga akhirnya matanya terkesipu ingin
menangis namun ia menahan itu semua. Lulu pun kembali bertanya “ayah kenapa
tidak menjawab pertanyaanku, kenapa ayah malah terlihat ingin nangis ?? padahal
aku ingin sekali berjumpa dengan Gibran, sudah lama aku tak berjumpa
dengannya.Ayah mau kan pertemu kan aku dengannya ???” ayahnya pun hening dan
menjawab agak ragu-ragu “ ia ayah akan mempertemukan kamu dengan Gibran setelah
kamu keluar dari rumah sakit ini ya”, Lulu awalnya sempat curiga dengan
pernyataan sang ayah tersebut, hingga akhirnya ia menerima saja pernyataannya
tersebut.
Seminggu di
rumah sakit pun berlalu, Lulu pun dizinkan pulang oleh sang dokter. Dan Lulu
pun kembali menagih janjinya kepada sang ayah. Hingga akhirnya sesampainya di
rumah sang ayah langsung mengajak Lulu ke makam kakeknya yang memang makam
adiknya tak jauh dari makam kakeknya, yang terletak bersebelahan dengan makam
sang kakek. Disana Lulu sempat bingung mengapa ia diajak kesini dan hingga
akhirnya ia menemukan makam kakeknya dan ia sempat melihat nisan bertuliskan
nama sang adik Gibran Muhamad, kemudian Lulu terkaget dan menanyakan kepada
sang ayah “ ayah jadi Gibran sudah tidak ada ?? mengapa ayah tidak cerita pada
ku ?? ia sakit kah ayah atau ia
kecelakaan ???” ayahnya terdiam dan meneteskan air mata dan akhirnya ayah
pun bererita kepada Lulu sambil menangis
di depan makam kakek dan Gibran, “Jadi gini Lulu sayang, saat ini hati Gibran
telah tertempel lekat di tubuhmu, didalam tubuh mu itulah terdapat sebagian
jiwa Gibran nak, waktu itu kami tak tahu harus siapa lagi yang harus
mendonorkan hatinya untukmu karna ayah sendiri saja tidak cocok dan termasuk
kerabat lainnya, hanya Gibran lah yang cocok dengan organmu tersebut, sehingga
ia memberanikan dirinya”. Seketika suasana terasa hening dan Lulu pun
meneteskan air matanya dan berteriak sekencangnya dengan menyebut nama adiknya
dan sedikit ada rasa sesal di dadanya tersebut, sambil terduduk diam tepat
disebelah makam Gibran .