Tuesday, June 9, 2015

Lupita


        Dalam asuhan seorang nenek ia hidup penuh akan kesederhanaan dan kasih sayang dari sang nenek. Ia gadis yang sangat mandiri dan pantang menyerah.Ayah dan ibunya sudah bercerai sejak ia berusia 8 tahun, perceraian orangtuanya itu membuat ia terpisah dengan adiknya yang sangat ia sayangi, Lulu atau Lupita ia harus hidup bersama dengan nenek dari ibunya karna ibunya memilih pergi ke luar negri untuk menjadi seorang TKW dan ayahnya menikah lagi dengan wanita selingkuhannya. Sedangkan adiknya dibawa bersama ayahnya dengan istrinya yang baru tersebut. Sejak kecil Lulu memang sudah mempunyai penyakit yang membuat dia harus tetap bertahan demi ibu dan neneknya, ya Lulu mempunyai penyakit kanker sirosis, yang diturunkan oleh sang kakek. Kanker sirosis merupakan jenis penyakit kanker hati, sirosis itu sendiri mempunyai arti jenjang akhir dari proses fibrosis hati,yang merupakan konsekuensi dari penyakit kronis hati yang ditandai dengan adanya penggantian jaringan normal dengan jaringan fibrous sehingga sel-sel hati akan kehilangan fungsinya. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh minuman kerashepatitis B dan C dan gemuk penyakit hati tetapi telah banyak kemungkinan penyebab lain.
Pada kasus seperti ini, seringkali terjadi gangguan pada portal pembuluh balik pada hati (bahasa Inggris: Extrahepatic portal vein obstruction, EHPVO) sehingga mengakibatkan terganggunya homeostasis pada hati yang berdampak pada disfungsi sintesis faktor koagulasi, terutama faktor V dan faktor VII.
          Lulu dahulu sebelum hatinya di transpalasikan ia harus bulak-balik ke sebuah rumah sakit rujukan nasional pemerintah yang ada di Jakarta, terlihat tegar ketika ia harus menjalani kemoterapi disana, meski hanya didampingi sang nenek. Sikap pantang menyerahnya itu yang membuat ia bertahan hingga ia seperti sekarang ini dan berkat seorang dermawan itu lah yang membantu proses pengobatannya dan transpalasi hati tersebut. Badannya sempat kurus, rambutnya pun rontok akiabt dari kerasnya dosis obat kemoterapi tersebut, namun dokter sempat menyatakan bahwa kemoterapi yang terakhir di tolak oleh tubuh Lulu, sehingga membuat Lulu jatuh koma di ruang ICU. Dokter menganjurkan untuk melakukan transpalasi hati untuk kelangsungan hidup Lulu. Neneknya pun berusaha keras menghubungi sanak saudaranya, termasuk ayah Lulu dan adiknya yang sudah beranjak dewasa. Dari salah satu mereka memang ada yang bersedia untuk mendonorkan hatinya, namun tidak ada yang cocok termasuknya ayahnya sendiri, hingga pad akhirnya kecocokan terdapat pada sang adik. Sang adik pun bersedia, walaupun ayahnya terlihat tidak ikhlas akan kehilangan anaknya yang paling kecil itu dari hasil buah pernikahan pertamanya. Namun adik Lulu berhasil meyakinkan sang ayah, “ayah tenang saja, walaupun aku tidak ada nanti tapi hati ku akan selalu ada di dalam tubuhnya kak Lulu”. Disitulah sang ayah meneteskan air mata dan merasa tidak berguna sebagai seorang ayah. Ia pun mengikhlaskan semua itu, hingga keduanya pun masuk ke dalam ruang operasi.
          Setelah operasi berjalan selama kurang lebih tiga jam lamanya, dokter pun keluar dari ruang operasi tersebut, hingga akhirnya dokter menyatakan operasinya berhasil. Dan Lulu di bawa ke ruang ICU terlebih dahulu sebelum ia tersadarkan diri, namun adiknya dibawa ke ruang jenazah untuk dimandikan disana, karna sang adik lah yang sangat cocok organ hatinya dengan Lulu, sehingga ia rela menerima semua kosekuensinya. Seketika koridor dekat ruang operasi tersebut hening dan penuh akan tangisan karna melihat tubuh Gibran adik Lulu sudah terbujur kaku dan tanpa ada nafas, disertai ditutupkannya kain putih di seluruh tubuhnya. Terlihat merona wajahnya memancarkan cahaya dan ia tersenyum bahagia.
          Jenazah Gibran pun segera di bawa pulang ke rumah dan dimakamkan tepat di makam sebelah kakeknya. Disinilah ayahnya merasa sangat bersalah dan merasa tidak layak sebagai ayah, hingga tiga hari berlalu dan Lulu pun telah sadarkan diri dan kini ia telah dipindahkan ke ruang rawat inap dan bukan di ICU lagi, tatapannya tatapannya terlihat masih samar-samar, namun ia menyadari bahwa disampingnya ada sosok ayahnya, hingga akhirnya ia memanggil sang ayah, “ayaaah, ayah nenek mana ??” ayahnya pun menjawab “nenekmu sedang pulang ke rumah nak, ia ayah suruh pulang karna sudah terlihat sangat lelah” Lulu pun bertanya kembali kepada sang ayah “ lalu ayah kesini dengan siapa ??? Gibran kemana yah ?? apakah ayah tidak mengajaknya kesini ???” ayahnya pun diam seketika dan tak bisa mengeluarkan kata-kata sedikitpun hingga akhirnya matanya terkesipu ingin menangis namun ia menahan itu semua. Lulu pun kembali bertanya “ayah kenapa tidak menjawab pertanyaanku, kenapa ayah malah terlihat ingin nangis ?? padahal aku ingin sekali berjumpa dengan Gibran, sudah lama aku tak berjumpa dengannya.Ayah mau kan pertemu kan aku dengannya ???” ayahnya pun hening dan menjawab agak ragu-ragu “ ia ayah akan mempertemukan kamu dengan Gibran setelah kamu keluar dari rumah sakit ini ya”, Lulu awalnya sempat curiga dengan pernyataan sang ayah tersebut, hingga akhirnya ia menerima saja pernyataannya tersebut.

          Seminggu di rumah sakit pun berlalu, Lulu pun dizinkan pulang oleh sang dokter. Dan Lulu pun kembali menagih janjinya kepada sang ayah. Hingga akhirnya sesampainya di rumah sang ayah langsung mengajak Lulu ke makam kakeknya yang memang makam adiknya tak jauh dari makam kakeknya, yang terletak bersebelahan dengan makam sang kakek. Disana Lulu sempat bingung mengapa ia diajak kesini dan hingga akhirnya ia menemukan makam kakeknya dan ia sempat melihat nisan bertuliskan nama sang adik Gibran Muhamad, kemudian Lulu terkaget dan menanyakan kepada sang ayah “ ayah jadi Gibran sudah tidak ada ?? mengapa ayah tidak cerita pada ku ?? ia sakit  kah ayah atau ia kecelakaan ???” ayahnya terdiam dan meneteskan air mata dan akhirnya ayah pun  bererita kepada Lulu sambil menangis di depan makam kakek dan Gibran, “Jadi gini Lulu sayang, saat ini hati Gibran telah tertempel lekat di tubuhmu, didalam tubuh mu itulah terdapat sebagian jiwa Gibran nak, waktu itu kami tak tahu harus siapa lagi yang harus mendonorkan hatinya untukmu karna ayah sendiri saja tidak cocok dan termasuk kerabat lainnya, hanya Gibran lah yang cocok dengan organmu tersebut, sehingga ia memberanikan dirinya”. Seketika suasana terasa hening dan Lulu pun meneteskan air matanya dan berteriak sekencangnya dengan menyebut nama adiknya dan sedikit ada rasa sesal di dadanya tersebut, sambil terduduk diam tepat disebelah makam Gibran .

No comments:

Post a Comment