Thursday, May 24, 2018

Apa sih itu body shaming ?


Apa sih itu body shaming ?


     

       Body shaming merupakan bentuk dari tindakan mengomentari fisik, penampilan, atau citra diri seseorang. Body shaming ini juga kategori dari bullying loh, selain itu body shaming juga ada kaitannya dengan citra tubuh (body image). Apa sih body image itu ? Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2005) citra tubuh atau biasa disebut body image dalah ide seseorang mengenai penampilannya di hadapan orang (bagi) orang lain. Body image ini tentu sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri masing-masing orang.
                Bagaimana dengan contoh citra tubuh itu sendiri ? sebagai contohnya adalah seperti ini banyak-nya iklan yang ada di televisi di Indonesia itu yang mempromosikan tentang kecantikan adalah wanita-wanita yang bertubuh langsing (tubuh ideal), berkulit kuning langsat, serta rambut panjang dan berwarna hitam pekat, hal itu lah yang kemudian menjadi streotipe di Indonesia. Lalu apakah laki-laki bisa mengalami body shaming ? “bisa saja”, apakah kriteria body shaming dari pria ? jika body shaming terjadi pada pria biasanya itu adalah dengan postur tubuh yang kurang ideal (biasanya lebih ke obesitas atau bahkan sangat kurus) dan postur tubuh yang kurang tinggi.
       Biasanya kapan dan dimana sih body shaming ini terjadi ?  biasanya bisa kita jumpai di keluarga sendiri atau bahkan di teman kita. Sebagai contoh saat kita kumpul keluarga atau dengan teman.
“Kamu gemukan ya sekarang. Chubby banget tuh pipi. Makanya diet.”
“Kamu kurus banget. Kamu kalau agak gemukan dikit pasti cakep.”
“Pendek banget sih jadi cewek”
“Bajunya ketat banget sih, coba pake agak longgar pasti akan terlihat lebih kurus”
Nah seperti itulah biasanya kata-kata yang acap kali sering kita jumpai saat kumpul bersama keluarga atau bahkan teman tapi tanpa disadari itu merupakan tindakan dari body shaming dan bagian dari bullying.
       Apakah ada bahaya dari tindakan ini ? tentu saja ada, Contoh kecilnya : seseorang bisa saja melakukan diet ketat dengan minum air saja tanpa disertai makanan yang mengandung karbohidrat dan protein cukup hanya demi turunnya berat badan dalam kurun waktu yang singkat dengan tujuan terlihat cantik sesuai standar lingkungan sekitarnya. Efek dari body shaming lainnya juga beragam, mulai dari jatuhnya harga diri, depresi, bahkan gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia nervosa.
       Lantas bagaimana agar kita terhindar menjadi seorang dari body shamers ? kita bisa loh melakukan hal seperti ini misalnya ketika kumpul bersama dengan keluarga ataupun teman dengan menanyakan kabarnya, menanyakan apa kesibukannya saat ini atau bahkan bagaimana dengan kariernya saat ini, serta pertanyaan-pertanyaan positif lainnya. Bukan kah kata-kata seperti itu lebih baik dibandingkan menggunakan kata-kata negative yang akan menyebabkan body shaming ? Lalu bagaimana dengan korban dari body shaming  itu ? tetap bersyukur atas apa yang di karunia kan tuhan, jangan pernah minder, mencoba untuk berpikir positif agar tidak terjadi stress dan yang lebih penting cuek aja sama omongan yang seperti itu.
       Apakah kamu sendiri pernah mengalami body shaming ? dan dimana sering terjadi ? serta kapan ? hmm, gw sendiri pernah alami body shaming ini di keluarga, mantan pacar dan temen gw sendiri sih. Yang gw sebel itu adalah klo lagi kumpul keluarga, kurang suka aja di komentarin kayak gemukan dan blabla, diet dong pake produk ini biar tubuhnya ideal dan sekian terus itu adalah salah satu keluarga yang bilang begitu dan sejujurnya agak geram, Cuma ya karena gw orangnya cuek jadi bodo amatan, haha…
Yang lebih sakit hati itu sama mantan pacar gw sih, gw disuruh diet habis-habisan dong terus gw dibilang gemuk lah bla-bla, punya bentuk ukuran paha yang gede lah, gw sempet banget loh kecewa sama dia dan sempet frustasi juga yang gak penting karena ini, tapi untungnya gak terlalu nurutin, karena gw lebih puas sama apa yang gw miliki sekarang, toh gw masih bisa control  asupan makanan gw gitu, dan gak lama juga hubungan gw berakhir sama tuh cowok sableng *lahcurhat*maapinyaak* -_-
Oiya saran gw sih untuk lebih berkata-kata dengan keluarga ataupun teman saat kumpul dengan menggunakan kalimat-kalimat positif agar tidak terjadi yang tidak diinginkan, gw juga punya referensi jurnal tentang terkait hal ini, mungkin bisa kalian baca lebih lanjut agar wawasan lebih luas tentunya. Ini yaa jurnalnya bisa di download di link tersebut :
        Sekian dari yang bisa gw sampaikan di blog gw ini, semoga memberikan manfaat untuk kalian dan menambah wawasannya yaa, sampai jumpa di post selanjutnya J



      

Sunday, May 20, 2018

LGBT




       Hai semuanya apa kabar ? mohon maaf baru update lagi yaa, karena kemarin bener-bener lagi hectic banget sama dunia menyelesaikan perskripsian, hehe…
Btw kali ini gw bakal ngebahas LGBT yap topik yang lagi panas dan sensitive banget menurut gw di Indonesia ini, sebelumnya kita mulai dari pengertian dan baru ke ulasan lebih jelasnya yaa…
          Apa sih LGBT itu ? LGBT merupakan singkatan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender. LGBT juga biasanya di lambangkan dengan warna seperti pelangi, katanya pelangi itu menggambarkan keanekaragaman, makanya LGBT dilambangkan dengan seperti itu. Okay mulai bahas dari pengertian yang homoseksualnya dulu yaa, homoseksual adalah rasa ketertarikan perasaan (kasih sayang, hubungan emosional dan atau secara erotik) baik secara eksklusif terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik. Menurut Pallota & Chiarolly (2016) biseksual adalah lebih dari sekedar memiliki dua identitas seksualitas seseorang di mana sebagian besar individu hanya memiliki satu, dan itu lebih dari cara kedua individu yang berinteraksi. Ini adalah hal unik dan terintegrasi seksualitas dengan perbedaan baik dari hetero dan homoseksual yaitu bentuk monosexuality. Biseksual berarti bahwa individu bisa berpotensi menemukan dirinya sendiri berorientasi seksual pada siapa pun. Dan trangender atau transeksual merupakan perasaan yang menetap dalam diri seseorang tentang ketidaknyamanan memiliki jenis kelamin (biologis) mereka (Kaplan, Sadock & Grebb, 1994).
          Lalu apa sih penyebab dari LGBT ini ? bisa dari lingkungan, trauma (trauma disini mungkin saja pernah disakiti oleh pasangan lawan jenisnya terlebih dahulu, atau bahkan punya trauma didalam keluarga seperti keluarganya bercerai atau bahkan kurang harmonis), faktor psikososial biasanya lebih kepada keluarga, serta faktor biologis (kromosom, hormon, struktur otak, genetik). Adanya unsur genetik yang membawa gay gen pada seseorang tidak otomatis membuatnya menjadi seseorang homoseksual, faktor terpentingnya adalah pada pola asuh di keluarganya serta lingkungan sekitar.
 Selain ada penyebab dari LGBT ternyata ada juga loh karakteristiknya, apa aja sih karaketeristiknya ? berikut ini karakteristik dari LGBT, menurut DeFrain & Olson (2006) terdapat karakteristik dalam menentukan pasangan gay, lesbian dan biseksual, yaitu:
a.     Hubungan emosional yang tinggi dengan pasangan dan orang lain:
Hal yang umum bagi mayoritas gay, lesbian dan biseksual yaitu kemampuan mereka menghubungan emosi dengan orang dari keduanya, baik sesama jenis atau lawan jenis.
b.     Tingginya peran fleksibilitas:
Dalam berhubungan sesama jenis, mereka biasanya memiliki peran hubungan yang fleksibel, memberi kemampuan untuk adaptasi satu sama lain (Geen, Bettiger, & Zack, 1996).
c.      Ekualitarian keputusan:
Kemampuan untuk bernegosiasi dan membuat keputusan dengan cara yang berbagai kemungkinan untuk membangun dan menjaga sebuah ekualitarian hubungan.
d.     Perduli pada orangtua:
Mereka sangat peduli dan berperasaan pada orang tua (Hare, 1994).
e.     Tanggap secara psikologis :
Karena gaya hidup mereka, mereka sering cenderung menjadi sangat tanggap dalam hal dinamika psikologis.
f.       Affective dalam keterampilan komunikasi:
Banyak dari hubungan gay, lesbi, dan biseksual bahwa mereka telah bisa mencapai keterampilan komunikasi yang sangat baik.
          Nah gw juga sempat minta jejak pendapat gitu lah diinstagram gw dari temen gw anak psikologi dan salah satu mahasiswi kedokteran yang ada dijakarta tentang LGBT ini, bagaimana tanggapan mereka apabila punya teman yang termasuk golongan tersebut, oiya salah satu dari mereka juga pun ada yang skripsinya mengulas tentang salah satu golongan LGBT ini, dan menurut gw pendapatnya cukup bagus. Berikut ini pendapat-pendapat yang kasih lewat gw




          Lalu bagaimana menurut pendapat gw “kalo gw pribadi secara agama kurang mendukung dengan ini tapi balik lagi ini merupakan pilihan hidupnya tapi disatu sisi gw selalu doain temen gw yang salah satu kaum dari mereka agar suatu hari nanti semoga mereka ini ada niatan untuk berubah dan kembali ke jalan yang benar dan sedikit memberikan pengertian atau lebih ke nasehat tapi yang gak terlalu menyinggung dan bisa di pahami dia, lantas bagaimana klo dari sudut pandang psikologinya ? klo dari sudut pandang psikologi gw lebih prefer memperhatikan alasan mereka kenapa bisa seperti itu ? cari tahu apa yang menyebabkan mereka kayak gitu ?  kalo sudah tau penyebabnya apa, gw lebih kepada memahami dari jawabannya dia, karena akan sulit juga klo kita ngajak dia untuk berubah kembali dengan kehidupan normal tapi dia belum ada niatan untuk berubah.
Yang perlu diingat adalah dari sini itu, bukan orangnya yang untuk ditindas dan dijauhkan tapi kaumnya, coba lah untuk mengingatkan sekecil apapun itu tapi ingat jangan sampai menyinggung mereka terlalu dalam. Lalu apakah kakak punya teman dari salah satu kaum tersebut ? ya aku ada temen yang kayak gitu tapi aku tahu juga penyebab mereka kenapa seperti itu jadi sedikit demi sedikit aku lebih memperhatikan aja sih orang ini apa sudah lebih membaik atau belum, gitu sih. Karena yang aku prihatinin disini rata-rata yang menyimpang itu uda gak jaman yang ngondek-ngondek (sedikit lebih ke cewek-cewek’an), sedih sih pas tau doi begini tapi ya mau gimana lagi, belum lagi kaum ini yang gw perhatiin juga lebih sudah membuat perkumpulan sesama kaumnya gitu jadi bisa terkoneksi satu sama lain, belum lagi ada aplikasi dating online yang mendukung adanya kaum seperti ini (seperti G****).
                   Lalu jika ada yang bertanya lagi, kak mungin gak sih klo yang sudah menikah para mantan kaum LGBT ini kembali ke jalan yang seperti ini kembali ? bisa saja, mungkin saja dia menikah ada ketidakpuasan dengan pasangannya tersebut atau mungkin belum sepenuhnya berubah ke jalan yang di inginkan tuhan, untuk hidup saling berpasangan (laki-laki dengan perempuan dan sebaliknya, bukan yang laki-laki dengan laki-laki ataupun sebaliknya ya).
          Lantas apakah seseorang yang homoseksual dapat berubah menjadi hetereseksual ? kemungkinan untuk sembuh bisa saja, asalkan ada motivasi untuk berubah, bisa juga dilakukan dengan konseling, mendekatkan kepada sang pencipta (spiritual) serta dilakukannya psikoterapi.
          Okay kayaknya uda cukup ya ulasan gw kali ini tentang LGBT, semoga bisa bermanfaat, mohon maaf kalo ada kata-kata yang kurang pas atupun kalian kurang puas dari ulasan yang gw sampaikan disini, sampai berjumpa di post blog gw selanjutnya J

Dapus : DeFrain., & Olson. (2006). Marriage & Families intimacy, diversity, and strengths. New York: McGraw-Hill Companies,inc.
Pallota M., & Chiarolly. (2016). Women in Relationship with Bisexual Men. London: Lexington Books.
Crooks, & Baur. (2005). Our Sexuality. (9th ed). California: Thomson Wadsworth Davison, Gerald C., Neale, John M. (2001). Sbnormal psychology. 8th edition. Newtork: John Wiley & Sons Kaplan, H. I., Sadock, B. J., Grebb, J. A. (1994). Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral science clinical psychiatry. 7th ed. Baltimore: Williams & Wilkins Nugraha, B. D. (2002). Perlukah pendidikan seks dibicarakan sejak dini? Makalah Seminar Plus. Yogyakarta

NB: *  terima kasih untuk mutiara nurul yang telah berbagi materi tentang ini dan semua yang telah membantu dalam berpendapat maupun memberikan materi tentang LGBT ini