Hai semuanya apa kabar ? aku sangat
berharap semoga kalian masih dalam keadaan baik-baik aja ya, aamiin…
Oiaya gak kerasa ya
saat ini kita sudah memasuki bulan ke 5 masa karantina di rumah, demi
mengurangi mata rantai penyebaran covid 19, dimasa pandemic ini sebenernya kita
sangat rawan untuk terkena penyakit mental yang mana penyakit mental ini bisa
hadir di dalam keluarga sendiri, media social, pemeberitaan yang disiarkan
melalui televisi dan teman kita juga nih. Selain itu penyakit mental dimasa
pandemi ini juga sangat berdampak ke fisik kalian yang kurang bisa beradaptasi,
berat badan kalian bisa turun secara drastis, tumbuh jerawat banyak dimuka
kalian, merasakan sakit kepala yang hebat dan tentunya masih banyak lagi, yang
gak bisa aku sebutin secara lengkap. Karna setiap orang tentu punya reaksi
ditubuhnya yang berbeda saat mengalami masa seperti ini.
Nah
teruntuk kalian yang mampu beradaptasi dengan keadaan ini, aku harap bisa tetap
dipertahankan ya, tetap bisa mengolala emosi dengan baik juga, karna aku
mengapresiasi banget buat kalian yang mampu bertahan dan berjuang di masa
pandemi ini dan bisa mengelola emosi dengan baik. Nah ternyata nih di dalam
psikologi tindakan tersebut dikenal sebagai resiliensi. Jadi resiliensi itu apa
sih ? yuk kenalan lebih dalam.
Menurut
Jackson dan Watkin (2004) Resiliensi dapat diartikan sebagai suatu konsep yang
menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap
masa-masa sulit yang dihadapi. Resiliensi diri seseorang juga menentukan
keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupannya. Sedangkan menurut Goldstein dan
Brooks (2005), menjelaskan bahwa resiliensi mengurangi tingkat faktor resiko,
dan meningkatkan level faktor pelindung. Resiliensi mengurangi timbulnya kondisi
mudah terserang dan meningkatkan kompetensi individu dalam menghadapi tantangan
dan kesulitan. Dalam hal ini dapat di tarik kesimpulan secara garis besar bahwa
resiliensi itu merupakan seseorang yang memiliki daya juang dan mampu
beradaptasi di dalam kehidupannya.
Selain itu ternyata ada juga nih factor-faktor
yang dapat mempengaruhi resiliensi, ada apa aja sih ? Menurut Reivich dan
Shatte (2004) terdapat tujuh faktor yang menyebabkan munculnya sifat resiliensi
seseorang, yaitu:
·
Emotional
Regulation
yaitu kemampuan mengatur
penyesuaian diri agar tetap tenang pada kondisi di bawah tekanan.
·
Impulse
Control
yaitu
kemampuan untuk mengatur respon pada saat menerima
rangsangan secara emosional.
·
Realistic
Optimism
yaitu
kemampuan untuk tetap fokus pada pencapaian masa
depan menjadi tujuan. Seperti menghargai diri sendiri dengan tetap menjaga hubungan dengan lingkungan dan
melibatkan diri pada hal yang dibutuhkan
serta merealisasikannya
·
Emphaty
yaitu
kemampuan untuk membaca kebiasaan orang lain untuk mengerti secara psikologis dan emosional untuk membangun
hubungan yang lebih baik. Resiliensi
seseorang terlihat dari isyarat non-verbal untuk mengetahui lebih dalam hubungan dengan orang lain, serta
memelihara hubungan secara
emosional dengan orang lain
·
Causal
Analysis
yaitu
kemampuan untuk menentukan identifikasi secara akurat
pada penyebab kesulitan. Apabila individu tidak mampu menemukan penyebab dari suatu masalah tersebut
maka individu akan tetap terjebak di situasi sulit tersebut.
·
Self-Efficacy
yaitu
seseorang percaya terhadap kemampuannya, membangun kepercayaan diri terhadap diri meeka dan menempatkan diri pada kesuksesaan yang lebih dekat dan kesempatan
lebih besar.
·
Reaching
Out
yaitu
kemampuan meningkatkan hal positif dalam hidup dan mengambil tantangan serta kesempatan baru dalam hidupnya
Nah ternyata ada juga nih aspek
di resiliensi, ada apa aja sih ? Menurut Seligmand (1998); Grotberg (1999);
Greene 2002 (dalam Monroe & Oliviere, 2007) ada tiga aspek umum yang
menjelaskan tentang resiliensi yaitu :
·
Personal
resourcefulness
yaitu
banyak akal seperti fleksibelitas, keberanian dan ketekunan yang ada di dalam
diri manusia
·
A
positive life perspective
yaitu
dimana ada sifat optimisme, harapan, kapasitas untuk memaham pengalaman dan
motivasi dalam menetapkan tujuan pribadi
·
Social
embeddedness
yaitu
kualitas dari hubungan antar individu dengan significant others (orang lain) yang menawarkan asistensi kepada
individu tersebut
Jadi,
gimana uda cukup paham sama resiliensi ? aku harap sih kalian dapat memahami
ya, karna ini materinya dari tugas kuliah ku jadi aku bakal cantumin daftar
pustakanya ya, sebelumnya aku mau ucapin makasih banyak buat kalian yang uda
meluangkan baca di blog ku ini. Semoga bisa bermanfaat apa yang ku sampaikan
lewat tulisan ku di blog ini, stay health, safe & positive everyone 😊
Daftar
Pustaka :
Goldstein,
S.& Brooks, R.B. (2005). Chapter
I: Why study resilience?.Dalam Goldstein, S.& Brooks, R.B (ed). Handbook of resilience of children. New York:
Springer.
Jackson,
R dan Watkin, C. (2004). Seven essential skills for overcoming life’s obstacles
and determining happiness. Selection dan Development Review, Vol. 20,
No. 6, 2004.
Monore, B
& Oliviere, D. (2007). Resilience in palliative care. New York : Oxford
University Press.
Reivich
& Shatte. (2002). The Resilience Factor. New York : Broadway Book.
No comments:
Post a Comment