Saturday, August 1, 2020

Apa sih resiliensi ?



          Hai semuanya apa kabar ? aku sangat berharap semoga kalian masih dalam keadaan baik-baik aja ya, aamiin…
Oiaya gak kerasa ya saat ini kita sudah memasuki bulan ke 5 masa karantina di rumah, demi mengurangi mata rantai penyebaran covid 19, dimasa pandemic ini sebenernya kita sangat rawan untuk terkena penyakit mental yang mana penyakit mental ini bisa hadir di dalam keluarga sendiri, media social, pemeberitaan yang disiarkan melalui televisi dan teman kita juga nih. Selain itu penyakit mental dimasa pandemi ini juga sangat berdampak ke fisik kalian yang kurang bisa beradaptasi, berat badan kalian bisa turun secara drastis, tumbuh jerawat banyak dimuka kalian, merasakan sakit kepala yang hebat dan tentunya masih banyak lagi, yang gak bisa aku sebutin secara lengkap. Karna setiap orang tentu punya reaksi ditubuhnya yang berbeda saat mengalami masa seperti ini.  
Nah teruntuk kalian yang mampu beradaptasi dengan keadaan ini, aku harap bisa tetap dipertahankan ya, tetap bisa mengolala emosi dengan baik juga, karna aku mengapresiasi banget buat kalian yang mampu bertahan dan berjuang di masa pandemi ini dan bisa mengelola emosi dengan baik. Nah ternyata nih di dalam psikologi tindakan tersebut dikenal sebagai resiliensi. Jadi resiliensi itu apa sih ? yuk kenalan lebih dalam.
  Menurut Jackson dan Watkin (2004) Resiliensi dapat diartikan sebagai suatu konsep yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap masa-masa sulit yang dihadapi. Resiliensi diri seseorang juga menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupannya. Sedangkan menurut Goldstein dan Brooks (2005), menjelaskan bahwa resiliensi mengurangi tingkat faktor resiko, dan meningkatkan level faktor pelindung. Resiliensi mengurangi timbulnya kondisi mudah terserang dan meningkatkan kompetensi individu dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Dalam hal ini dapat di tarik kesimpulan secara garis besar bahwa resiliensi itu merupakan seseorang yang memiliki daya juang dan mampu beradaptasi di dalam kehidupannya.
Selain itu ternyata ada juga nih factor-faktor yang dapat mempengaruhi resiliensi, ada apa aja sih ? Menurut Reivich dan Shatte (2004) terdapat tujuh faktor yang menyebabkan munculnya sifat resiliensi seseorang, yaitu:

·        Emotional Regulation
yaitu kemampuan mengatur penyesuaian diri agar tetap tenang pada kondisi di bawah tekanan.
·        Impulse Control
yaitu kemampuan untuk mengatur respon pada saat   menerima rangsangan secara emosional.
·        Realistic Optimism
yaitu kemampuan untuk tetap fokus pada pencapaian masa depan menjadi tujuan. Seperti menghargai diri sendiri dengan tetap menjaga hubungan dengan lingkungan dan melibatkan diri pada hal yang dibutuhkan serta merealisasikannya
·        Emphaty
yaitu kemampuan untuk membaca kebiasaan orang lain untuk mengerti secara psikologis dan emosional untuk membangun hubungan yang lebih baik. Resiliensi seseorang terlihat dari isyarat non-verbal untuk mengetahui lebih dalam hubungan dengan orang lain, serta memelihara hubungan secara emosional dengan orang lain
·        Causal Analysis
yaitu kemampuan untuk menentukan identifikasi secara akurat pada penyebab kesulitan. Apabila individu tidak mampu menemukan penyebab dari suatu masalah tersebut maka individu akan tetap terjebak di situasi sulit tersebut.
·        Self-Efficacy
yaitu seseorang percaya terhadap kemampuannya, membangun kepercayaan diri terhadap diri meeka dan menempatkan diri pada kesuksesaan yang lebih dekat dan kesempatan lebih besar.
·        Reaching Out
yaitu kemampuan meningkatkan hal positif dalam hidup dan mengambil tantangan serta kesempatan baru dalam hidupnya
Nah ternyata ada juga nih aspek di resiliensi, ada apa aja sih ? Menurut Seligmand (1998); Grotberg (1999); Greene 2002 (dalam Monroe & Oliviere, 2007) ada tiga aspek umum yang menjelaskan tentang resiliensi yaitu :
·        Personal resourcefulness
yaitu banyak akal seperti fleksibelitas, keberanian dan ketekunan yang ada di dalam diri manusia
·        A positive life perspective 
yaitu dimana ada sifat optimisme, harapan, kapasitas untuk memaham pengalaman dan motivasi dalam menetapkan tujuan pribadi
·        Social embeddedness
yaitu kualitas dari hubungan antar individu dengan significant others (orang lain) yang menawarkan asistensi kepada individu tersebut

Jadi, gimana uda cukup paham sama resiliensi ? aku harap sih kalian dapat memahami ya, karna ini materinya dari tugas kuliah ku jadi aku bakal cantumin daftar pustakanya ya, sebelumnya aku mau ucapin makasih banyak buat kalian yang uda meluangkan baca di blog ku ini. Semoga bisa bermanfaat apa yang ku sampaikan lewat tulisan ku di blog ini, stay health, safe & positive everyone 😊

Daftar Pustaka :
Goldstein, S.& Brooks, R.B.  (2005). Chapter I: Why study resilience?.Dalam Goldstein, S.& Brooks, R.B (ed).  Handbook of resilience of children. New York: Springer.
Jackson, R dan Watkin, C. (2004). Seven essential skills for overcoming life’s obstacles and determining happiness. Selection dan Development Review, Vol. 20, No. 6, 2004.
Monore, B & Oliviere, D. (2007). Resilience in palliative care. New York : Oxford University Press.
Reivich & Shatte. (2002). The Resilience Factor. New York : Broadway Book.

No comments:

Post a Comment