Monday, January 4, 2021

Apa Itu Mindfulness ?


 Hi semuanya apa kabarnya para pembaca setia blog ku ? semoga dalam keadaan baik dan sehat ya. Bagaimana tahun baru kalian ? semoga menyenangkan ya walaupun masih dalam keadaan pandemic seperti ini. Aku juga mau ngucapin selamat tahun baru 2021, semoga kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi, selalu diberi kesehatan, dimudahkan segala urusannya dan selalu dalam lindungannya, aamiin… Nah kali ini aku mau bahas materi kuliah ku nih, tentang mindfulness. Mungkin banyak dari kalian yang belum tahu apa sih mindfulness ini, berikut ini penjelasannya ya, selamat membaca.

Mindfulness dapat diartikan sebagai memberi perhatian dengan cara tertentu; tujuannya adalah berada pada saat ini dan tidak menghakimi. Pada tahun 1960an dan 1970an, sarjana Barat mulai mempelajari latihan mindfulness di Asia Tenggara. Mereka membawa latihan ini kembali ke Barat dan mulai mengajarkannya dalam kerangka Buddhisme. Pada tahun 1980an dan 1990an, telah ditemukan bahwa latihan ini dapat disarikan menjadi matriks kultural Asia dan dapat digunakan dalam konteks sekuler.

Latihan mindfulness mulai digunakan dalam konteks sekuler terutama dalam ketrampilan dalam perhatian (attentional skills). Latihan ini menjadi berkembang dalam seting klinis terutama untuk manajemen rasa sakit (pain management), pemulihan terhadap kecanduan (addiction recovery), pengurangan stres (stress reduction), maupun psikoterapi pada umumnya.

Tahun 1979, Jon Kabat-Zinn telah menciptakaan Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) di University of Massachusetts Medical School dalam terapi bagi pasien penyakit kronis. Setelah itu, sejumlah modalitas terapi yang terkait dengan mindfulness telah berkembang pula seperti: Acceptance and Commitment Therapy (ACT); Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT); Dialectical Behavioral Therapy (DBT); Mindfulness Based Relaxation Training (MBRT). Saat ini sudah masuk dalam Psikologi Positif.

Tahun 1979, Jon Kabat-Zinn menciptakan training 8 minggu di bagian kedokteran Universitas Massachusetts untuk pasien yang mengalami sakit kronis, AIDS dan kanker. Meskipun belum tentu mampu menyembuhkan, Kabat-Zinn menemukan bahwa  mindfulness (meditasi sadar diri) telah membantu pasien mengelola stres dan rasa sakit dengan cara yang berbeda. Selama 10 tahun pengalaman klinisnya dengan 4.000 orang yang mengikuti training ini, Kabat-Zinn menemukan meditasi ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah-masalah medis seperti pusing, tekanan darah tinggi, sakit punggung, dan penyakit jantung.

Positive psychology program (2015) mencatat bahwa sejarah mindfulness dapat dilacak ke belakang dari sejarah agama dan sejarah praktik mindfulness juga ditemukan di seluruh dunia. Ini dimulai pada 1500 SM dalam Hinduisme dalam konteks yoga, Daoism sejak abad 6 SM dalam latihan qì gong, dan Buddhisme pada 535 SM dalam arti fokus dan latihan nafas.  Mindfulness juga ditemukan di dalam ajaran Kristen, Muslim, dan Yahudi.

Praktik mindfulness adalah seperti berkebun. Taman bisa bertumbuh saat hadir suatu kondisi tertentu. Dengan memegang 7 kualitas berikut ini, merenungkannya, menumbuhkannya sesuai dengan pemahaman terbaik kita, usaha ini akan memberi asupan, dukungan dan memperkuat latihan kita. Menjaga sikap-sikap ini di dalam diri kita adalah bagian dari pelatihan, suatu cara untuk menyalurkan energi kita dalam proses penyembuhan dan pertumbuhan. Ingat juga bahwa sikap-sikap ini saling bergantung. Masing-masing mempengaruhi yang lain dan saling meningkatkan satu sama lain

Tujuh kualitas dasar latihan mindfulness :

·        Non-judging (tidak menghakimi)

Setiap hari kita menilai sesuatu, orang, dan kejadian yang hadir ke dalam kehidupan kita. Kita memberi label sebagai “baik” karena membuat kita merasa baik untuk alasan tertentu. Yang lainnya kita dengan cepat mengutuknya sebagai “buruk” karena membuat kita merasa tidak nyaman. Sisanya dikategorikan sebagai “netral” karena menurut kita tidak ada relevansinya. Kejadian "netral" ini diusir dari kesadaran kita; kita bahkan tidak mengenalinya. Saat kita melakukannya, kita menemukan hal itu sebagai hal yang membosankan. Bila kita telah membuat penilaian yang cepat ini, kita masuk ke autopilot. Kita berhenti menjalani hidup kita sepenuhnya dan melewati hari-hari kita. Kita terjebak dalam hal-hal yang kita suka dan tidak suka, sulit bagi kita untuk menemukan kedamaian. Adalah penting untuk mengenali kualitas pikiran dalam menilai saat kita mempraktikkan mindfulness. Suatu kali kamu menemukan diri kamu berpikir, “Ini membosankan”, “Ini tidak bekerja”, atau “aku tidak dapat melakukan hal ini”, sadari bahwa pikiran kamu telah menilai pengalaman itu. Kamu tidak harus berhenti menilai, namun ketahuilah dan mencoba mematikan autopilot dan mengalami saat ini. Amati saja full catastrophe (malapetaka hidup) ini dan reaksi kamu terhadapnya.

·        Patience  (Kesabaran)

Kesabaran adalah bentuk kebijaksanaan. Ini menunjukkan bahwa kita memahami dan menerima bahwa sesuatu harus terungkap di zamannya sendiri. Kita menumbuhkan kesabaran terhadap pikiran dan tubuh kita saat kita mempraktikkan mindfulness. Kita sengaja mengingatkan diri sendiri bahwa tidak perlu menjadi tidak sabar terhadap diri sendiri karena kita menemukan pikiran yang menilai sepanjang waktu, atau karena kita gelisah atau takut atau cemas, atau karena kita telah berlatih untuk sementara waktu dan sepertinya tidak ada perubahan yang terjadi. Kita memberi diri kita ruang untuk memiliki pengalaman ini. Mengapa? Karena kita memilikinya! Mengapa harus terburu-buru menuju ke arah yang “lebih baik”? Setiap saat dalam hidup itu adalah sesuatu yang spesial dan unik.

·        Beginner's Mind (pikiran pemula)

Kita cenderung menganggap lumrah begitu saja dan gagal memahami hal yang luar biasa. Melihat kekayaan saat ini, kita perlu menciptakan apa yang disebut “pikiran pemula”, sebuah pikiran yang bersedia melihat segala sesuatu seolah-olah untuk pertama kalinya. Dengan keterbukaan, pikiran “pemula” membawa kita bisa menerima pada kemungkinan baru dan mencegah kita dari keadaan terhenti pada kebiasaan yang sudah menjadi keahlian kita, yang seringkali kita sok tahu terhadap hal itu. Suatu kali bila kamu melihat seseorang yang akrab di suatu kampus misalnya, tanyakan pada diri mu apakah kamu melihat orang ini dengan pandangan yang segar, seperti dia sebenarnya, atau jika kamu hanya melihat bayangan pikiran kamu tentang orang ini, dan dengan perasaan mu tentang orang ini. Apakah kamu bisa melihat langit, bintang, pepohonan, air, dan bebatuan seperti sekarang, dengan pikiran yang jelas dan tidak kabur? Atau apakah kamu hanya melihat mereka melalui keruh emosi, perasaan, pikiran, dan pendapat mu sendiri?

·        Trust (Percaya)

Dalam melatih mindfulness, kamu berlatih mengambil tanggung jawab untuk menjadi diri sendiri dan belajar mendengarkan dan mempercayai keberadaan kamu sendiri. Semakin kamu menumbuhkan kepercayaan ini pada diri kamu sendiri, semakin mudah kamu akan menemukan diri kamu untuk mempercayai orang lain lebih baik serta dapat melihat kebaikan mereka juga. Jauh lebih baik mempercayai intuisi kamu sendiri dari pada melihat ke luar diri untuk mendapatkan bimbingan, bahkan jika kamu membuat beberapa “kesalahan” di sepanjang perjalanan hidup mu.

·        Non-striving (Tanpa Usaha)

Hampir semua yang kita lakukan adalah untuk suatu tujuan. Kita punya tujuan untuk bepergian atau tugas tertentu untuk dijalankan. Dalam meditasi, tujuan ini bisa menjadi rintangan nyata. Meditasi pada akhirnya tidak dapat dilakukan. Tidak ada tujuan selain menjadi diri mu saat ini, pada saat kamu bermeditasi. Misalnya, jika Anda duduk dan berkata, “Saya akan merasa rileks, atau tercerahkan, atau menjadi orang yang lebih baik”, maka kamu telah memperkenalkan sebuah gagasan ke dalam meditasi Anda. Sebagai gantinya, jadikan hanya dengan diri kamu sendiri. Jika kamu kesakitan, rasakan sakitnya. Jika kamu tegang, rasakan ketegangannya. Rasakan semua kritik, pujian, kegembiraan, dan duka cita, lalu peganglah hal-hal itu dalam kesadaran. Lalu biarkan mereka pergi. Lanjutkan dengan membiarkan pikiran mu kosong, mengakui keberadaan perasaan dan pikiran saat mereka hadir, dan kemudian membiarkan mereka pergi dengan/melalui nafas, lalu membiarkan pikiran mu kembali ke pada kedamaian.

        ·        Acceptance (Penerimaan)

Alih-alih untuk menghindari kebenaran, lebih baik peluklah hal itu. Carilah peluang untuk pertumbuhan daripada hanya melihat yang negatif dan menyakitkan. Penerimaan tidak berarti kamu harus menyukai semuanya, atau kamu harus bersikap pasif terhadap segalanya dan meninggalkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Anda. Sebagai gantinya, kita menerima hadiah seperti ini - tidak lebih dan tidak kurang. Kita menghargainya saat kita diberi sesuatu dan membuatnya istimewa dan positif. Satu-satunya hal yang bisa kita pastikan adalah bahwa saat sekarang ini akan berubah, dan dengan memusatkan diri untuk tetap hidup di masa sekarang kita dapat berlatih untuk menerima apapun yang akan muncul pada saat berikutnya.

·        Letting Be (Membiarkannya)

Ketika kita mulai memberi perhatian pada pengalaman batin kita, dengan cepat kita menemukan bahwa ada beberapa pikiran, perasaan, dan situasi tertentu yang tampaknya ingin dipegang oleh pikiran. Jika hal itu menyenangkan, kita mencoba memperpanjang waktu bagi pikiran atau perasaan atau situasi ini, merentangkannya, dan menyulapnya berulang-ulang agar terjadi. Demikian pula, ada banyak pemikiran dan perasaan dan pengalaman yang kita coba untuk menyingkirkan atau mencegah diri kita agar tidak memilikinya karena mereka tidak menyenangkan, menyakitkan, atau menakutkan. Banyak cara kita lakukan agar kita terlindungi diri kita dari keberadaan mereka. Dalam latihan meditasi, kita dengan sengaja mengesampingkan kecenderungan untuk mengangkat beberapa aspek pengalaman kita dan menolak yang lain. Sebagai gantinya, kita membiarkan pengalaman kita menjadi seperti apa adanya, dan berlatih mengamatinya dari waktu ke waktu. Membiarkan pergi adalah cara untuk membiarkan sesuatu untuk menjadi, menerima hal-hal itu sebagaimana adanya. Membiarkan pergi bukanlah pengalaman asing. Kita melakukannya setiap malam saat kita tidur. Kita berbaring di permukaan empuk kasur atau sofa, dengan lampu padam, di tempat yang sepi, dan kita melepaskan pikiran dan tubuh kita. Jika kamu tidak bisa melepaskannya, kamu tidak bisa tidur. Sebagian besar dari kita memiliki pengalaman saat pikiran tidak bisa ditutup (shut down) saat kita tidur. Hal ini adalah salah satu tanda kamu sedang stres berat. Pada saat-saat seperti ini, kita mungkin tidak dapat membebaskan diri kita dari pikiran tertentu karena kita terlibat di dalamnya terlalu kuat. Jika kita mencoba memaksa diri kita untuk tidur, itu hanya memperburuk keadaan. Jadi, jika kamu bisa tidur, kamu sudah ahli dalam melepaskannya. Sekarang, kamu hanya perlu berlatih menerapkan keterampilan ini dalam situasi terjaga.

Sekian yang bisa aku sampaikan ya, materi mindful yang aku tulis ini aku ambil dari materi kuliah ku yang diberikan oleh dosen pengampu untuk mata kuliah intervensi, harapan ku semoga bisa menambah wawasan kalian dan bisa bermanfaat dikemudian hari, terima kasih banyak sudah mau meluangkan waktu untuk membaca post blog ku kali ini, sampai jumpa di lain kesempatan. Stay safe & health ya kalian 😊

No comments:

Post a Comment