Hi semuanya apa kabarnya para pembaca setia
blog ku ? semoga dalam keadaan baik dan sehat ya. Bagaimana tahun baru kalian ?
semoga menyenangkan ya walaupun masih dalam keadaan pandemic seperti ini. Aku
juga mau ngucapin selamat tahun baru 2021, semoga kita menjadi pribadi yang
jauh lebih baik lagi, selalu diberi kesehatan, dimudahkan segala urusannya dan
selalu dalam lindungannya, aamiin… Nah kali ini aku mau bahas materi kuliah ku
nih, tentang mindfulness. Mungkin banyak dari kalian yang belum tahu apa sih
mindfulness ini, berikut ini penjelasannya ya, selamat membaca.
Mindfulness
dapat
diartikan sebagai memberi perhatian dengan cara tertentu; tujuannya adalah berada
pada saat ini dan tidak menghakimi. Pada tahun 1960an dan 1970an, sarjana Barat
mulai mempelajari latihan mindfulness di Asia Tenggara. Mereka membawa
latihan ini kembali ke Barat dan mulai mengajarkannya dalam kerangka Buddhisme.
Pada tahun 1980an dan 1990an, telah ditemukan bahwa latihan ini dapat disarikan
menjadi matriks kultural Asia dan dapat digunakan dalam konteks sekuler.
Latihan
mindfulness mulai digunakan dalam konteks sekuler terutama dalam
ketrampilan dalam perhatian (attentional skills). Latihan ini menjadi
berkembang dalam seting klinis terutama untuk manajemen rasa sakit (pain
management), pemulihan terhadap kecanduan (addiction recovery),
pengurangan stres (stress reduction), maupun psikoterapi pada umumnya.
Tahun
1979, Jon Kabat-Zinn telah menciptakaan Mindfulness-Based Stress Reduction
(MBSR) di University of Massachusetts Medical School dalam terapi bagi pasien
penyakit kronis. Setelah itu, sejumlah modalitas terapi yang terkait dengan
mindfulness telah berkembang pula seperti: Acceptance and Commitment Therapy
(ACT); Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT); Dialectical
Behavioral Therapy (DBT); Mindfulness Based Relaxation Training (MBRT).
Saat ini sudah masuk dalam Psikologi Positif.
Tahun 1979, Jon Kabat-Zinn menciptakan training 8 minggu
di bagian kedokteran Universitas Massachusetts untuk pasien yang mengalami
sakit kronis, AIDS dan kanker. Meskipun belum tentu mampu menyembuhkan,
Kabat-Zinn menemukan bahwa mindfulness
(meditasi sadar diri) telah membantu pasien mengelola stres dan rasa sakit
dengan cara yang berbeda. Selama 10 tahun pengalaman klinisnya dengan 4.000
orang yang mengikuti training ini, Kabat-Zinn menemukan meditasi ini dapat
digunakan untuk membantu mengatasi masalah-masalah medis seperti pusing, tekanan
darah tinggi, sakit punggung, dan penyakit jantung.
Positive
psychology program (2015) mencatat bahwa sejarah mindfulness
dapat dilacak ke belakang dari sejarah agama dan sejarah praktik mindfulness
juga ditemukan di seluruh dunia. Ini dimulai pada 1500 SM dalam Hinduisme
dalam konteks yoga, Daoism sejak abad 6 SM dalam latihan qì gong, dan
Buddhisme pada 535 SM dalam arti fokus dan latihan nafas. Mindfulness juga ditemukan di dalam ajaran
Kristen, Muslim, dan Yahudi.
Praktik
mindfulness adalah seperti berkebun. Taman bisa bertumbuh saat hadir
suatu kondisi tertentu. Dengan memegang 7 kualitas berikut ini, merenungkannya,
menumbuhkannya sesuai dengan pemahaman terbaik kita, usaha ini akan memberi
asupan, dukungan dan memperkuat latihan kita. Menjaga sikap-sikap ini di dalam
diri kita adalah bagian dari pelatihan, suatu cara untuk menyalurkan energi
kita dalam proses penyembuhan dan pertumbuhan. Ingat juga bahwa
sikap-sikap ini saling bergantung. Masing-masing mempengaruhi yang
lain dan saling meningkatkan satu sama lain
Tujuh
kualitas dasar latihan mindfulness :
·
Non-judging (tidak menghakimi)
Setiap hari kita menilai sesuatu, orang,
dan kejadian yang hadir ke dalam kehidupan kita. Kita memberi label sebagai
“baik” karena membuat kita merasa baik untuk alasan tertentu. Yang lainnya kita
dengan cepat mengutuknya sebagai “buruk” karena membuat kita merasa tidak
nyaman. Sisanya dikategorikan sebagai “netral” karena menurut kita tidak ada
relevansinya. Kejadian "netral" ini diusir dari kesadaran kita; kita
bahkan tidak mengenalinya. Saat kita melakukannya, kita menemukan hal itu
sebagai hal yang membosankan. Bila kita telah membuat penilaian yang cepat ini,
kita masuk ke autopilot. Kita berhenti menjalani hidup kita sepenuhnya
dan melewati hari-hari kita. Kita terjebak dalam hal-hal yang kita suka dan
tidak suka, sulit bagi kita untuk menemukan kedamaian. Adalah penting untuk
mengenali kualitas pikiran dalam menilai saat kita mempraktikkan mindfulness.
Suatu kali kamu menemukan diri kamu berpikir, “Ini membosankan”, “Ini tidak
bekerja”, atau “aku tidak dapat melakukan hal ini”, sadari bahwa pikiran kamu telah menilai pengalaman itu. Kamu tidak harus berhenti menilai, namun
ketahuilah dan mencoba mematikan autopilot dan mengalami saat ini. Amati
saja full catastrophe (malapetaka hidup) ini dan reaksi kamu terhadapnya.
·
Patience (Kesabaran)
Kesabaran
adalah bentuk kebijaksanaan. Ini menunjukkan bahwa kita memahami dan menerima
bahwa sesuatu harus terungkap di zamannya sendiri. Kita menumbuhkan kesabaran
terhadap pikiran dan tubuh kita saat kita mempraktikkan mindfulness. Kita
sengaja mengingatkan diri sendiri bahwa tidak perlu menjadi tidak sabar
terhadap diri sendiri karena kita menemukan pikiran yang menilai sepanjang
waktu, atau karena kita gelisah atau takut atau cemas, atau karena kita telah
berlatih untuk sementara waktu dan sepertinya tidak ada perubahan yang terjadi.
Kita memberi diri kita ruang untuk memiliki pengalaman ini. Mengapa? Karena
kita memilikinya! Mengapa harus terburu-buru menuju ke arah yang “lebih baik”?
Setiap saat dalam hidup itu adalah sesuatu yang spesial dan unik.
·
Beginner's Mind (pikiran pemula)
Kita
cenderung menganggap lumrah begitu saja dan gagal memahami hal yang luar biasa.
Melihat kekayaan saat ini, kita perlu menciptakan apa yang disebut “pikiran
pemula”, sebuah pikiran yang bersedia melihat segala sesuatu seolah-olah untuk
pertama kalinya. Dengan keterbukaan, pikiran “pemula”
membawa kita bisa menerima pada kemungkinan baru dan mencegah kita dari keadaan
terhenti pada kebiasaan yang sudah menjadi keahlian kita, yang seringkali kita
sok tahu terhadap hal itu. Suatu kali bila kamu melihat seseorang yang akrab di
suatu kampus misalnya, tanyakan pada diri mu apakah kamu melihat orang ini
dengan pandangan yang segar, seperti dia sebenarnya, atau jika kamu hanya
melihat bayangan pikiran kamu tentang orang ini, dan dengan perasaan mu tentang orang ini. Apakah kamu bisa melihat langit, bintang, pepohonan, air,
dan bebatuan seperti sekarang, dengan pikiran yang jelas dan tidak kabur? Atau
apakah kamu hanya melihat mereka melalui keruh emosi, perasaan, pikiran, dan
pendapat mu sendiri?
·
Trust (Percaya)
Dalam
melatih mindfulness, kamu berlatih mengambil tanggung jawab untuk
menjadi diri sendiri dan belajar mendengarkan dan mempercayai keberadaan kamu sendiri. Semakin kamu menumbuhkan kepercayaan ini pada diri kamu sendiri,
semakin mudah kamu akan menemukan diri kamu untuk mempercayai orang lain lebih
baik serta dapat melihat kebaikan mereka juga. Jauh lebih
baik mempercayai intuisi kamu sendiri dari pada melihat ke luar diri untuk
mendapatkan bimbingan, bahkan jika kamu membuat beberapa “kesalahan” di
sepanjang perjalanan hidup mu.
·
Non-striving
(Tanpa Usaha)
Hampir
semua yang kita lakukan adalah untuk suatu tujuan. Kita punya tujuan untuk
bepergian atau tugas tertentu untuk dijalankan. Dalam meditasi, tujuan ini bisa
menjadi rintangan nyata. Meditasi pada akhirnya tidak dapat dilakukan. Tidak
ada tujuan selain menjadi diri mu saat ini, pada saat kamu bermeditasi. Misalnya,
jika Anda duduk dan berkata, “Saya akan merasa rileks, atau tercerahkan, atau
menjadi orang yang lebih baik”, maka kamu telah memperkenalkan sebuah gagasan
ke dalam meditasi Anda. Sebagai gantinya, jadikan hanya dengan diri kamu sendiri. Jika kamu kesakitan, rasakan sakitnya. Jika kamu tegang, rasakan
ketegangannya. Rasakan semua kritik, pujian, kegembiraan, dan duka cita, lalu
peganglah hal-hal itu dalam kesadaran. Lalu biarkan mereka pergi. Lanjutkan
dengan membiarkan pikiran mu kosong, mengakui keberadaan perasaan dan pikiran
saat mereka hadir, dan kemudian membiarkan mereka pergi dengan/melalui nafas,
lalu membiarkan pikiran mu kembali ke pada kedamaian.
·
Acceptance (Penerimaan)
Alih-alih
untuk menghindari kebenaran, lebih baik peluklah hal itu. Carilah peluang untuk
pertumbuhan daripada hanya melihat yang negatif dan menyakitkan. Penerimaan
tidak berarti kamu harus menyukai semuanya, atau kamu harus bersikap pasif
terhadap segalanya dan meninggalkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Anda. Sebagai
gantinya, kita menerima hadiah seperti ini - tidak lebih dan tidak kurang. Kita
menghargainya saat kita diberi sesuatu dan membuatnya istimewa dan positif.
Satu-satunya hal yang bisa kita pastikan adalah bahwa saat sekarang ini akan
berubah, dan dengan memusatkan diri untuk tetap hidup di masa sekarang kita
dapat berlatih untuk menerima apapun yang akan muncul pada saat berikutnya.
·
Letting Be (Membiarkannya)
Ketika
kita mulai memberi perhatian pada pengalaman batin kita, dengan cepat kita
menemukan bahwa ada beberapa pikiran, perasaan, dan situasi tertentu yang
tampaknya ingin dipegang oleh pikiran. Jika hal itu menyenangkan, kita mencoba
memperpanjang waktu bagi pikiran atau perasaan atau situasi ini,
merentangkannya, dan menyulapnya berulang-ulang agar terjadi. Demikian
pula, ada banyak pemikiran dan perasaan dan pengalaman yang kita coba untuk
menyingkirkan atau mencegah diri kita agar tidak memilikinya karena mereka
tidak menyenangkan, menyakitkan, atau menakutkan. Banyak cara kita lakukan agar
kita terlindungi diri kita dari keberadaan mereka. Dalam latihan meditasi, kita
dengan sengaja mengesampingkan kecenderungan untuk mengangkat beberapa aspek
pengalaman kita dan menolak yang lain. Sebagai gantinya, kita membiarkan
pengalaman kita menjadi seperti apa adanya, dan berlatih mengamatinya dari
waktu ke waktu. Membiarkan pergi adalah cara untuk membiarkan sesuatu untuk
menjadi, menerima hal-hal itu sebagaimana adanya. Membiarkan pergi bukanlah
pengalaman asing. Kita melakukannya setiap malam saat kita tidur. Kita
berbaring di permukaan empuk kasur atau sofa, dengan lampu padam, di tempat
yang sepi, dan kita melepaskan pikiran dan tubuh kita. Jika kamu tidak bisa
melepaskannya, kamu tidak bisa tidur. Sebagian besar dari kita memiliki
pengalaman saat pikiran tidak bisa ditutup (shut down) saat kita tidur.
Hal ini adalah salah satu tanda kamu sedang stres berat. Pada saat-saat seperti
ini, kita mungkin tidak dapat membebaskan diri kita dari pikiran tertentu
karena kita terlibat di dalamnya terlalu kuat. Jika kita mencoba memaksa diri
kita untuk tidur, itu hanya memperburuk keadaan. Jadi, jika kamu bisa tidur, kamu sudah ahli dalam melepaskannya. Sekarang, kamu hanya perlu berlatih
menerapkan keterampilan ini dalam situasi terjaga.
Sekian
yang bisa aku sampaikan ya, materi mindful yang aku tulis ini aku ambil dari materi kuliah ku yang diberikan oleh dosen pengampu untuk mata kuliah intervensi, harapan ku semoga bisa menambah wawasan kalian dan bisa
bermanfaat dikemudian hari, terima kasih banyak sudah mau meluangkan waktu
untuk membaca post blog ku kali ini, sampai jumpa di lain kesempatan. Stay safe
& health ya kalian 😊
No comments:
Post a Comment