Sunday, January 14, 2024

Talk About Marriage

          Holla, finally I’m back again! Btw kalian apa kabarnya ? semoga dalam keadaan baik-baik saja ya. Setelah sekian lama aku gak nulis disini ya, ternyata kangen juga balik buat nulis. Pelan-pelan aku coba rutinin lagi ya kayak dulu. Pasti kalo pas baca judulnya uda langsung agak kaget ya, baru muncul lagi, terus tahu-tahu uda mau ngobrolin ini aja. Eitttssss…..tapi tenang ini aku bukan lagi mau cerita tentang kehidupan pernikahan ku juga sih, karna aku juga belum nikah saat ini. Loh terus gimana kalo gitu ? jadi disini aku bakalan bahas tentang kehidupan pernikahan berdasarkan pengalaman hidup di keluarga ku ataupun klien yang pernah konseling sama aku. Kalo nantinya mungkin ada value dan prinsip yang berbeda dengan kamu, aku sangat menghargai kok karna kan setiap manusia berhak atas pendapat-pendapatnya juga ya.

          Okay kita bahas satu per satu ya, mungkin dari aku memaknai pernikahan seperti bagaimana dulu kali ya dan kemudian apa saja ya sekiranya yang harus dipersiapkan ketika akan memutuskan untuk menikah dengan pasangan mu. Aku memaknai pernikahan selain dari ajaran agama yang aku anut sebagai ibadah terpanjang bersama pasangan halal, dengan menikah kita belajar untuk saling komunikasi yang asertif, toleransi dan menghargai pasangan itu penting banget, menikah bukan hanya perihal tentang sex saja, dengan menikah kita belajar dengan berbagai perbedaan dengan pasangan kita, menikah itu bukan hanya menyatukan dua kepala manusia tapi banyak kepala yang disatukan, karna keluarga mu dan keluarga pasangan mu pun juga turut hadir dalam kehidupan mu, maka dari itu penting banget sebelum menikah untuk saling kenal terlebih dahulu dengan pasangan kamu, menikah itu seumur hidup, jangan sampai kamu menyesal bertemu dengan orang yang salah, lebih baik untuk telat menikah daripada kamu harus bertemu dengan pasangan mu yang salah, karna sebenernya bukan pernikahannya yang harus kamu takuti tapi mungkin dalam memilih pasangan.

Pilih lah pasangan yang bisa menghargai mu, yang bisa saling support satu sama lain bukan saling menjatuhkan, awise dalam bertindak serta menasehati mu dan tidak suka main tangan, yang ibadahnya juga terjaga karna aku percaya laki-laki yang lebih mengenal agamanya itu akan lebih paham bagaimana harus memperlakukan pasangan atau wanitanya dengan baik. Terlepas mungkin dari sifat dan kepribadian manusia yang tidak sempurna. Oiya ketika nantinya menikah pun perlu dipahami bahwa pasangan mu tidak dapat merubah mu, begitupun kamu ke pasangan mu dan pasangan mu juga tidak bisa jadi seorang terapis bagimu begitu pun kamu ya. Hal ini menurut ku jadi poin penting banget, makanya ketika kamu matang dan yakin menikah dengan pasangan kamu, kamu juga uda harus siap akan segala plus dan minus yang dimiliki dari pasangan kamu. Karna tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, kalian akan hidup juga untuk saling melengkapi. Ketika kalian akan menikah mungkin menetapkan beberapa kriteria dari pasangan kalian tapi tuhan tuh mungkin gak semuanya mengabulkan kriteria yang kalian punya, mungkin dari 10 kriteria yang kalian tulis, hanya ada setengahnya yang dikabulkan, terus sisanya gimana ? ya sisanya untuk saling melengkapi itu. Oiya gak ada salahnya juga loh ketika sebelum menikah buat pergi konsultasi sama pasangan ke konselor pernikahan ataupun psikolog yang emang expert di bidangnya, supaya kamu dan pasangan juga semakin sehat mental baik sebelum dan setelah kehidupan pernikahan, ini punya banyak manfaat banget.

Okay lajut ya untuk hal-hal yang harus dipersiapkan saat akan menikah. Off ocurse tentunya selain komitmen, visi dan misi kalian ketika akan menikah pun harus sejalan sama pasangan kalian. Keuangan/ finansial pun juga harus dipersiapkan, karna kalian bukan lagi hidup seorang diri lagi nih, dalam hal ini meliputi juga apakah seorang istri juga diperizinkan bekerja atau tidak, lalu siapa yang akan mengelola keuangannya ketika menikah, ini juga perlu di bicarakan saat akan menikah. Kemudian mempersiapkan mental kalian, dalam hal ini kalian sudah dapat berdamai dengan diri kalian sendiri juga, berdamai dengan apa yang terjadi sebelum kehidupan pernikahan, entah itu trauma di keluarga ataupun mantan-mantan kalian, mempersiapkan keadaan mental yang sehat ini juga akan lebih sehat secara emosi ketika nantinya kalian tengkar sama pasangan dan atau ketika memiliki anak, oiya aku juga pesan ketika nantinya menikah dan memiliki anak jangan sampai kalian bertengkar di depan anak kalian ya, karna ini sangat berpengaruh sekali buat mereka, apalagi sampai saling menjatuhkan pasangan kalian dan berkata bertahan demi anak, ini bukanlah Solusi yang bijak. Selain itu kalian juga harus bicarakan akan tinggal dimana setelah menikah nantinya. Tempat tinggal pun juga berpengaruh ya ketika menikah, kehidupan menikah ketika memutuskan tinggal bersama orang tua/mertua dan tinggal sendiri di rumah yang kita miliki atau kontrak itu juga akan beda banget, makanya ini jadi poin penting yang harus dibicarakan juga.

 Kemudian batasan-batasan yang harus dimiliki satu sama lain terkait pasangan, tentu ini terkait aturan di dalam rumah tangga kalian ya. Dan menurut ku yang terakhir itu pembagian peran tugas rumah tangga, apakah nantinya suami kamu bersedia membantu kamu dalam mengerjakan tugas-tugas rumah tangga atau tidak, aku pribadi kurang senang dengan sosok laki-laki yang masih memiliki prinsip patriarki. Nah satu lagi nih kalo kalian mau bahas terkait masa lalu satu sama lain sebelum menikah hal-hal apa saja yang pernah dilakukan sama pasangan kalian atau hal lain dari dark side yang dimiliki, itu silahkan saja ya, hanya saja ketika terbuka dengan hal ini, diharapkan untuk tidak saling mengungkit satu sama lain, apalagi saling menghina satu sama lain, tapi dijadikan pembelajaran satu sama lain dan diiringi mengingat kembali visi misi kalian dalam pernikahan. Penting juga untuk membahas ingin memiliki jumlah keturunan berapa dan atau bahkan memilih untuk tidak memiliki keturunan atau juga menunda memiliki keturunan dalam jangka waktu yang disepakati bersama.

Oiya ketika memutuskan menikah pun kamu juga harus sudah siap untuk bercerai sih menurut ku, baik bercerai secara hidup ataupun cerai mati yang dipisahkan oleh tuhan. Jadi kalo semisal saat kamu dimasa pengenalan sudah tidak sejalan dengan pasangan kamu dari yang aku jabarkan diatas, baiknya sih dipertimbangkan lagi ya, karna menikah itu seumur hidup, nantinya kalo tetap dipaksakan anak yang akan menjadi korbannya, jangan sampai kamu menyesal juga menikah dengan orang yang salah, menikahlah kamu bukan karna gengsi melihat teman-teman mu sudah banyak yang menikah dan memiliki anak tapi menikah lah ketika kamu telah berdamai dengan situasi serta dapat menerima dirimu, menikah dikala kamu siap, bukan karna tuntutan dari orang tua mu yang semakin hari usianya makin bertambah, menikah lah di waktu yang tepat karna ini jauh lebih baik, walaupun mungkin kamu menunggu dengan penuh kesabaran, dalam menunggu jodoh mu juga saran ku jangan terlalu desperate karna ketika kamu melepaskan sambil upgrading diri, jodoh itu malah makin mendekat ke kamu dan pahami juga aka nada banyak ujian cinta menanti sebelum nantinya kamu bertemu orang yang tepat.

        Sepertinya tulisan ku kali ini sebagai pembuka ku kembali ke blog ini cukup segini dulu ya, kalo ada yang mau ditambahkan dari kalian boleh banget loh komen di kolom komentar, aku akan senang banget juga bacanya, selamat membaca ya! Sampai jumpa ditulisan ku berikutnya.

Sunday, January 31, 2021

Deepest Condolence SJ-182

 

Jatuhnya pesawat sj-182 diawal bulan januari lalu tentu membuat rasa pilu bagi keluarga yang ditinggalkan, bukan hanya keluarga namun kita yang berada di Indonesia pun turut merasakan kesedihannya. Dalam tulisan blog ku kali ini aku mau ngejelasin bagaimana kaitannya ilmu psikologi dengan jatuhnya pesawat sj-182 ini.

Bagi keluarga yang ditinggalkan oleh para korban ini tentu sangat merasakan kehilangan, kesedihan yang sangat amat mendalam dan tentu saja membuat trauma bagi mereka di dalam psikologi, keadaan seperti ini disebut dengan PTSD, mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya PTSD itu Apa sih ? Jadi, PTSD (post traumatic syndrom disorder) merupakan suatu kondisi atau keadaan yang terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatik atau kejadian buruk dalam hidupnya. Timbulnya PTSD tidak hanya disebabkan adanya stressor namun melibatkan faktor lainnya yang terjadi sebelum & setelah trauma tersebut PTSD ini memiliki manifestasi klinik yang terdiri dari :

o     Sebelum mengalami gejala (re-experiencing symptoms)

   Re-experiencing symptoms, merupakan mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya, termasuk gejala fisik, deg-degan & berkeringat, mimpi buruk & rasa takut yang berlebihan. Gejala yang terjadi dapat disebabkan karena masalah dalam rutinitas sehari-hari penderita. Dapat dimulai dari pikiran & perasaan orang itu sendiri. Misalnya, dengan mengingat kata-kata, benda, atau situasi yang dapat memicu terjadinya symptom.

o     Gejala penghindaran (avoidance symptoms)

   Pada manifes ini penderita merasa mati rasa emosional, merasa sangat bersalah, depresi, atau khawatir, kehilangan minat dalam kegiatan yang menyenangkan dimasa lalu, memiliki kesulitan mengingat peristiwa berbahaya dan penderita dapat tinggal jauh dari tempat, peristiwa, atau benda yang dapat membuat mengingat dari pengalaman peristiwa.

o     Hyperaurosal symptom

   Dimana dalam manifes ini penderita menjadi mudah terkejut, merasa tegang atau gelisah, memiliki kesulitan untuk tidur dan atau memiliki luapan kemarahan.

 

Sedangkan, dalam DSM IV PTSD dikelompokkan menjadi :

o   Akut, bila gejala muncul kurang dari 3 bulan setelah kejadian

o   Kronis jika gejala PTSD yang muncul lebih dari 3 bulan pasca trauma

o   Onset PTSD lambat yakni gejala muncul setelah 6 bulan pasca trauma

Pada gangguan ini juga menyebabkan penderitanya mengalami kegagalan dalam fungsi sosial, pekerjaan maupun fungsi lain dalam kehidupannya terapinya dapat dilakukan dengan psikoterapi dan farmakoterapi. Selain PTSD para keluarga yang ditinggalkan oleh penumpang pesawat sj-182 juga berada di fase duka cita atau bagi kami dikalangan psikologi dikenal dengan "grief". Ahli psikologi perkembangan yaitu papalia mengartikan grief sebagai respon emosional yang dialami pada fase awal kehilangan, dimana dalam hal ini kematian, terdapat juga banyak bentuk dari amarah hingga perasaan hampa dan diiringi dengan penyesuaian terhadap kehilangan itu sendiri. Respon emosi kesedihan di fase ini sangatlah sering terjadi adapun tahapan dalam grief, yaitu :

o   Shock dan tidak percaya

  Dimana seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, menangis atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik yang sering kali dialami yaitu pingsan, diaphoresis (keringat dingin), mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan pada tahap ini berlangsung selama beberapa minggu, terutama setelah kematian mendadak atau tidak terduga.

o   Terfokus pada kenangan orang yang meninggal

   Pada fase ini berlangsung 6-2 tahun lebih lamanya, mencoba berdamai dengan kematian orang terdekatnya akan tetapi masih belum bisa menerimanya.

o   Resolusi

   Orang yang berduka memperbarui minat pada kegiatan sehari-hari kenangan orang yang meninggal membawa perasaan suka bercampur kesedihan dari pada rasa sakit dan kerinduan.

Selain itu ada 3 pola utama dalam grief yang berkaitan dengan kesedihan orang yang ditinggalkan, yaitu :

o   Pola kesedihan yang umum terjadi

o   Pola ketiadaan kesedihan

o   Pola kesedihan kronis

Pada umumnya orang dewasa dapat mengatasi grief  2-3 tahun setelah kematian orang terdekatnya, terutama kematian pasangan orang dewasa yang mengatasi kematian anaknya masih dapat muncul hingga 10 tahun setelah kematian. Menurut shapiro (1994), biasanya durasi grief bergantung pada banyak faktor seperti kelekatan (attachment) serta cinta terhadap orang yang meninggal, selain itu juga adanya persiapan psikologis atas kehilangan dapat berpengaruh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dari grief itu sendiri :

o   Hubungan dengan orang yang meninggal

o   Kepribadian

o   Usia dan jenis kelamin orang yang ditinggalkan

o   Peristiwa ketika terjadinya kematian & durasi penyakit

o   Konteks budaya dimana kematian terjadi

 

Oiya perlu diketahui PTSD ini bisa juga terjadi dalam hal lain ya, misalnya seseorang yang trauma akan berhubungan dengan seorang laki-laki karna dahulu pernah diperkosa dengan pamannya atau seseorang yang pernah menjadi anggota militer dan pernah bertugas dimedan perang kemudian dia terkena luka parah karna sengatan senjata tajam atau bom sehingga membuat nya menjadi luka sangat parah difisik maupun mentalnya sehingga mengakibatkan dia tidak ingin mengunjungi negara tersebut yang pernah menjadi medan perang saat itu ketika keadaan sudah jauh membaik atau bahkan jika mendengar suatu dentuman keras yang menyerupai bom orang tersebut akan merasakan ketakutan yang berlebih hingga mengalami kesedihan atau bahkan keringat dingin yang dihasilkan dari respon tubuhnya tersebut.

Sekian yang bisa aku sampaikan, semoga bisa menambah wawasan buat kalian ya, terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca, sampai jumpa di post blog aku selanjutnya. Stay safe & health everyone 😊

 

 


Saturday, January 16, 2021

Pola Asuh

 

Hi, semuanya Kembali lagi di seputar psikoedukasi di blog aku ya, sebenernya kali ini aku mau bahas tentang pola asuh dari sudut pandang psikologi dan inner child, keduanya saling berkaitan tapi sebelumnya aku bakal bahas dari pola asuh dulu ya. Nah buat yang penasaran berikut ini ulasannya ya mengenai pola asuh beserta ciri-ciri dari masing-masing pola asuhnya.

Pertama, kita bahas pola asuh menurut APA (American Psychological Association), menurut APA pola asuh dalam prakteknya memiliki tiga tujuan utama yaitu : memastikan kesehatan dan keselamatan anak-anak, mempersiapkan anak untuk hidup sebagai orang dewasa yang produktif dan mentransmisi nilai-nilai budaya. Sebuah hubungan orangtua-anak berkualitas tinggi sangat penting untuk perkembangan yang sehat. Selain itu, menurut Baumrind (dalam Irmawati, 2002) pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.

Baumrind juga mengatakan bahwa pola asuh terbentuk dari adanya (1) Demandingness, yang mana hal tersebut menggambarkan bagaimana standart yang ditetapkan oleh orang tua bagi anak, berkaitan dengan control perilaku dari orang tua, (2) Responsiveness, menggambarkan tentang bagaimana orang tua berespons kepada anaknya, berkaitan dengan kehangatan dan dukungan orang tua. Terdapat 3 jenis pola asuh yang mengandung dari 2 aspek tersebut, berikut ini penjelasannya :

1.   Authoritative (Demokratis)

Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiranpemikiran. Pola asuh ini mengandung demanding dan responsive. Adapun ciri-ciri dari pola asuh demokratis, yaitu :

·        Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

·        Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.

·        Bersikap responsif terhadap kemampuan anak.

·        Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan.

·        Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan baik dan buruk.

·        Menghargai setiap keberhasilan yang diperoleh anak.

 

2.   Authoritarian

Merupakan pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk pola asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan. Pola asuh ini mengandung demanding dan unresponsive. Berikut ini ciri dari pola asuh otoriter ya

·        Orang tua suka menghukum secara fisik.

·        Orang tua cenderung bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi).

·        Bersikap kaku.

·        Orang tua cenderung emosional dan bersikap menolak

3.   Pola Asuh Permisif

Merupakan suatu bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak kontrol dari orang tua. Pola asuh ini mengandung undemanding dan responsive. Adapun ciri-ciri dari pola asuh ini

·        Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.

·        Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya.

·        Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur perilaku anak, meskipun perilaku tersebut sudah keterlaluan atau diluar batas kewajaran

 

Nah itu semua penjelasan dari pola asuh menurut sudut pandang psikologi ya, jika kalian menanyakan pola asuh mana yang baik untuk diterapkan aku pribadi sejauh ini memandang pola asuh demokratis sangat baik yang bisa digunakan tapi sesekali boleh saja kok kita gunakan untuk pola asuh otoritatif dan permissive ya dalam hal ini mengkombinasinya, namun untuk kedua itu jangan terlalu sering terutama otoritatif sih ya.

Aku harap dari penjelasan yang aku kasih diatas bisa kalian pahami dan bisa bermanfaat buat kalian ya, terima kasih sudah meluangkan untuk membaca tulisan ku di blog ku ya, sampai jumpa di post blog ku selanjutnya, yang inshaallah aku bakal bahas mengenai inner child, karena hal ini erat kaitannya juga loh dengan pola asuh. Stay safe & health to my beloved readers 😊

Monday, January 4, 2021

Apa Itu Mindfulness ?


 Hi semuanya apa kabarnya para pembaca setia blog ku ? semoga dalam keadaan baik dan sehat ya. Bagaimana tahun baru kalian ? semoga menyenangkan ya walaupun masih dalam keadaan pandemic seperti ini. Aku juga mau ngucapin selamat tahun baru 2021, semoga kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi, selalu diberi kesehatan, dimudahkan segala urusannya dan selalu dalam lindungannya, aamiin… Nah kali ini aku mau bahas materi kuliah ku nih, tentang mindfulness. Mungkin banyak dari kalian yang belum tahu apa sih mindfulness ini, berikut ini penjelasannya ya, selamat membaca.

Mindfulness dapat diartikan sebagai memberi perhatian dengan cara tertentu; tujuannya adalah berada pada saat ini dan tidak menghakimi. Pada tahun 1960an dan 1970an, sarjana Barat mulai mempelajari latihan mindfulness di Asia Tenggara. Mereka membawa latihan ini kembali ke Barat dan mulai mengajarkannya dalam kerangka Buddhisme. Pada tahun 1980an dan 1990an, telah ditemukan bahwa latihan ini dapat disarikan menjadi matriks kultural Asia dan dapat digunakan dalam konteks sekuler.

Latihan mindfulness mulai digunakan dalam konteks sekuler terutama dalam ketrampilan dalam perhatian (attentional skills). Latihan ini menjadi berkembang dalam seting klinis terutama untuk manajemen rasa sakit (pain management), pemulihan terhadap kecanduan (addiction recovery), pengurangan stres (stress reduction), maupun psikoterapi pada umumnya.

Tahun 1979, Jon Kabat-Zinn telah menciptakaan Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) di University of Massachusetts Medical School dalam terapi bagi pasien penyakit kronis. Setelah itu, sejumlah modalitas terapi yang terkait dengan mindfulness telah berkembang pula seperti: Acceptance and Commitment Therapy (ACT); Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT); Dialectical Behavioral Therapy (DBT); Mindfulness Based Relaxation Training (MBRT). Saat ini sudah masuk dalam Psikologi Positif.

Tahun 1979, Jon Kabat-Zinn menciptakan training 8 minggu di bagian kedokteran Universitas Massachusetts untuk pasien yang mengalami sakit kronis, AIDS dan kanker. Meskipun belum tentu mampu menyembuhkan, Kabat-Zinn menemukan bahwa  mindfulness (meditasi sadar diri) telah membantu pasien mengelola stres dan rasa sakit dengan cara yang berbeda. Selama 10 tahun pengalaman klinisnya dengan 4.000 orang yang mengikuti training ini, Kabat-Zinn menemukan meditasi ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah-masalah medis seperti pusing, tekanan darah tinggi, sakit punggung, dan penyakit jantung.

Positive psychology program (2015) mencatat bahwa sejarah mindfulness dapat dilacak ke belakang dari sejarah agama dan sejarah praktik mindfulness juga ditemukan di seluruh dunia. Ini dimulai pada 1500 SM dalam Hinduisme dalam konteks yoga, Daoism sejak abad 6 SM dalam latihan qì gong, dan Buddhisme pada 535 SM dalam arti fokus dan latihan nafas.  Mindfulness juga ditemukan di dalam ajaran Kristen, Muslim, dan Yahudi.

Praktik mindfulness adalah seperti berkebun. Taman bisa bertumbuh saat hadir suatu kondisi tertentu. Dengan memegang 7 kualitas berikut ini, merenungkannya, menumbuhkannya sesuai dengan pemahaman terbaik kita, usaha ini akan memberi asupan, dukungan dan memperkuat latihan kita. Menjaga sikap-sikap ini di dalam diri kita adalah bagian dari pelatihan, suatu cara untuk menyalurkan energi kita dalam proses penyembuhan dan pertumbuhan. Ingat juga bahwa sikap-sikap ini saling bergantung. Masing-masing mempengaruhi yang lain dan saling meningkatkan satu sama lain

Tujuh kualitas dasar latihan mindfulness :

·        Non-judging (tidak menghakimi)

Setiap hari kita menilai sesuatu, orang, dan kejadian yang hadir ke dalam kehidupan kita. Kita memberi label sebagai “baik” karena membuat kita merasa baik untuk alasan tertentu. Yang lainnya kita dengan cepat mengutuknya sebagai “buruk” karena membuat kita merasa tidak nyaman. Sisanya dikategorikan sebagai “netral” karena menurut kita tidak ada relevansinya. Kejadian "netral" ini diusir dari kesadaran kita; kita bahkan tidak mengenalinya. Saat kita melakukannya, kita menemukan hal itu sebagai hal yang membosankan. Bila kita telah membuat penilaian yang cepat ini, kita masuk ke autopilot. Kita berhenti menjalani hidup kita sepenuhnya dan melewati hari-hari kita. Kita terjebak dalam hal-hal yang kita suka dan tidak suka, sulit bagi kita untuk menemukan kedamaian. Adalah penting untuk mengenali kualitas pikiran dalam menilai saat kita mempraktikkan mindfulness. Suatu kali kamu menemukan diri kamu berpikir, “Ini membosankan”, “Ini tidak bekerja”, atau “aku tidak dapat melakukan hal ini”, sadari bahwa pikiran kamu telah menilai pengalaman itu. Kamu tidak harus berhenti menilai, namun ketahuilah dan mencoba mematikan autopilot dan mengalami saat ini. Amati saja full catastrophe (malapetaka hidup) ini dan reaksi kamu terhadapnya.

·        Patience  (Kesabaran)

Kesabaran adalah bentuk kebijaksanaan. Ini menunjukkan bahwa kita memahami dan menerima bahwa sesuatu harus terungkap di zamannya sendiri. Kita menumbuhkan kesabaran terhadap pikiran dan tubuh kita saat kita mempraktikkan mindfulness. Kita sengaja mengingatkan diri sendiri bahwa tidak perlu menjadi tidak sabar terhadap diri sendiri karena kita menemukan pikiran yang menilai sepanjang waktu, atau karena kita gelisah atau takut atau cemas, atau karena kita telah berlatih untuk sementara waktu dan sepertinya tidak ada perubahan yang terjadi. Kita memberi diri kita ruang untuk memiliki pengalaman ini. Mengapa? Karena kita memilikinya! Mengapa harus terburu-buru menuju ke arah yang “lebih baik”? Setiap saat dalam hidup itu adalah sesuatu yang spesial dan unik.

·        Beginner's Mind (pikiran pemula)

Kita cenderung menganggap lumrah begitu saja dan gagal memahami hal yang luar biasa. Melihat kekayaan saat ini, kita perlu menciptakan apa yang disebut “pikiran pemula”, sebuah pikiran yang bersedia melihat segala sesuatu seolah-olah untuk pertama kalinya. Dengan keterbukaan, pikiran “pemula” membawa kita bisa menerima pada kemungkinan baru dan mencegah kita dari keadaan terhenti pada kebiasaan yang sudah menjadi keahlian kita, yang seringkali kita sok tahu terhadap hal itu. Suatu kali bila kamu melihat seseorang yang akrab di suatu kampus misalnya, tanyakan pada diri mu apakah kamu melihat orang ini dengan pandangan yang segar, seperti dia sebenarnya, atau jika kamu hanya melihat bayangan pikiran kamu tentang orang ini, dan dengan perasaan mu tentang orang ini. Apakah kamu bisa melihat langit, bintang, pepohonan, air, dan bebatuan seperti sekarang, dengan pikiran yang jelas dan tidak kabur? Atau apakah kamu hanya melihat mereka melalui keruh emosi, perasaan, pikiran, dan pendapat mu sendiri?

·        Trust (Percaya)

Dalam melatih mindfulness, kamu berlatih mengambil tanggung jawab untuk menjadi diri sendiri dan belajar mendengarkan dan mempercayai keberadaan kamu sendiri. Semakin kamu menumbuhkan kepercayaan ini pada diri kamu sendiri, semakin mudah kamu akan menemukan diri kamu untuk mempercayai orang lain lebih baik serta dapat melihat kebaikan mereka juga. Jauh lebih baik mempercayai intuisi kamu sendiri dari pada melihat ke luar diri untuk mendapatkan bimbingan, bahkan jika kamu membuat beberapa “kesalahan” di sepanjang perjalanan hidup mu.

·        Non-striving (Tanpa Usaha)

Hampir semua yang kita lakukan adalah untuk suatu tujuan. Kita punya tujuan untuk bepergian atau tugas tertentu untuk dijalankan. Dalam meditasi, tujuan ini bisa menjadi rintangan nyata. Meditasi pada akhirnya tidak dapat dilakukan. Tidak ada tujuan selain menjadi diri mu saat ini, pada saat kamu bermeditasi. Misalnya, jika Anda duduk dan berkata, “Saya akan merasa rileks, atau tercerahkan, atau menjadi orang yang lebih baik”, maka kamu telah memperkenalkan sebuah gagasan ke dalam meditasi Anda. Sebagai gantinya, jadikan hanya dengan diri kamu sendiri. Jika kamu kesakitan, rasakan sakitnya. Jika kamu tegang, rasakan ketegangannya. Rasakan semua kritik, pujian, kegembiraan, dan duka cita, lalu peganglah hal-hal itu dalam kesadaran. Lalu biarkan mereka pergi. Lanjutkan dengan membiarkan pikiran mu kosong, mengakui keberadaan perasaan dan pikiran saat mereka hadir, dan kemudian membiarkan mereka pergi dengan/melalui nafas, lalu membiarkan pikiran mu kembali ke pada kedamaian.

        ·        Acceptance (Penerimaan)

Alih-alih untuk menghindari kebenaran, lebih baik peluklah hal itu. Carilah peluang untuk pertumbuhan daripada hanya melihat yang negatif dan menyakitkan. Penerimaan tidak berarti kamu harus menyukai semuanya, atau kamu harus bersikap pasif terhadap segalanya dan meninggalkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Anda. Sebagai gantinya, kita menerima hadiah seperti ini - tidak lebih dan tidak kurang. Kita menghargainya saat kita diberi sesuatu dan membuatnya istimewa dan positif. Satu-satunya hal yang bisa kita pastikan adalah bahwa saat sekarang ini akan berubah, dan dengan memusatkan diri untuk tetap hidup di masa sekarang kita dapat berlatih untuk menerima apapun yang akan muncul pada saat berikutnya.

·        Letting Be (Membiarkannya)

Ketika kita mulai memberi perhatian pada pengalaman batin kita, dengan cepat kita menemukan bahwa ada beberapa pikiran, perasaan, dan situasi tertentu yang tampaknya ingin dipegang oleh pikiran. Jika hal itu menyenangkan, kita mencoba memperpanjang waktu bagi pikiran atau perasaan atau situasi ini, merentangkannya, dan menyulapnya berulang-ulang agar terjadi. Demikian pula, ada banyak pemikiran dan perasaan dan pengalaman yang kita coba untuk menyingkirkan atau mencegah diri kita agar tidak memilikinya karena mereka tidak menyenangkan, menyakitkan, atau menakutkan. Banyak cara kita lakukan agar kita terlindungi diri kita dari keberadaan mereka. Dalam latihan meditasi, kita dengan sengaja mengesampingkan kecenderungan untuk mengangkat beberapa aspek pengalaman kita dan menolak yang lain. Sebagai gantinya, kita membiarkan pengalaman kita menjadi seperti apa adanya, dan berlatih mengamatinya dari waktu ke waktu. Membiarkan pergi adalah cara untuk membiarkan sesuatu untuk menjadi, menerima hal-hal itu sebagaimana adanya. Membiarkan pergi bukanlah pengalaman asing. Kita melakukannya setiap malam saat kita tidur. Kita berbaring di permukaan empuk kasur atau sofa, dengan lampu padam, di tempat yang sepi, dan kita melepaskan pikiran dan tubuh kita. Jika kamu tidak bisa melepaskannya, kamu tidak bisa tidur. Sebagian besar dari kita memiliki pengalaman saat pikiran tidak bisa ditutup (shut down) saat kita tidur. Hal ini adalah salah satu tanda kamu sedang stres berat. Pada saat-saat seperti ini, kita mungkin tidak dapat membebaskan diri kita dari pikiran tertentu karena kita terlibat di dalamnya terlalu kuat. Jika kita mencoba memaksa diri kita untuk tidur, itu hanya memperburuk keadaan. Jadi, jika kamu bisa tidur, kamu sudah ahli dalam melepaskannya. Sekarang, kamu hanya perlu berlatih menerapkan keterampilan ini dalam situasi terjaga.

Sekian yang bisa aku sampaikan ya, materi mindful yang aku tulis ini aku ambil dari materi kuliah ku yang diberikan oleh dosen pengampu untuk mata kuliah intervensi, harapan ku semoga bisa menambah wawasan kalian dan bisa bermanfaat dikemudian hari, terima kasih banyak sudah mau meluangkan waktu untuk membaca post blog ku kali ini, sampai jumpa di lain kesempatan. Stay safe & health ya kalian 😊

Tuesday, October 13, 2020

Dibalik Pandemi


Rasanya masih sulit untuk dipercaya terkadang kalo ternyata kita sudah lebih dari setengah tahun hidup bersama virus yang baru saja ditemukan yaitu covid19,  yang mana hal ini bukan saja terjadi di Indonesia saja tapi hapir semua negara di belahan dunia terkena dampak pandemic ini. Adanya pandemic ini sangat mempengaruhi ruang gerak kita yang tak seperti dulu dengan leluasa, kita dituntut untuk jaga jarak, berpergian jika memang ada hal penting dan bahkan saat ini harus sudah biasa melakukan segala aktivitas dirumah saja.

Pandemic ini juga bukan hanya berdampak pada sisi ekonomi, Batasan gerak tapi pandemic ini juga berdampak bagi kesehatan mental kita. Banyak dari rekan-rekan ku yang menceritakan selama pandemic ini mereka cenderung mengeluhkan burn out (kelelahan dan stress kerja yang berlebih) yang terjadi karena WFH, selain itu intesitas seringnya bertemu dengan keluarga juga tak jarang menimbulkan konflik yang hebat, dan gak jarang salah satu anggota keluarga menjadi toxic, ya walaupun tidak semuanya seperti ini, ada juga yang malah lebih dekat dengan keluarga selama pandemic ini. Eits tapi ternyata bukan itu aja banyak juga yang mengalami psikosomatik, depresi, insomnia karena stress berlebih yang kurang di control dengan baik.

Berdasarkan cerita yang aku dapatkan dari teman-teman ku, selama pandemic ini juga mereka ada yang lebh banyak mendekatkan diri kepada allah/tuhan dan lebih berserah kepada-Nya, ada juga yang mengalihkan untuk tetap menjaga keselarasan Kesehatan mental dengan menyibukan diri berjualan online dengan aktivitas yang baru dilakukan, belajar keahlian lain yang sebelumnya mungkin tidak bisa dilakukan seperti melukis, memasak dan masih banyak lagi, ada juga yang berhasil diet selama pandemic ini tapi ada juga sebaliknya yang malah berat badannya bertambah karena efek stress yang kemudian tersalurkan dengan cara makan makanan yang berlebih. Kemudian banyak juga yang selama masa pandemic ini lebih sering membuka social media atau e-commerce untuk sekedar bercuci mata atau bahkan berbelanja dan mengakibatkan juga jadi impulsive buying. Perlu diketahui loh klo impulsive buying ini bisa menjadi gangguan juga karena terlalu sering membeli barang yang kurang penting dan dilakukan terlalu berlebih atau sering.  

Kalo boleh jujur sebenarnya selama masa pandemic ini aku juga melewati masa-masa yang cukup berat, diawal pandemic sempat mengalami psikosomatik karena banyaknya media yang terlalu memberitakan tentang covid-19 dan cenderung banyaknya berita yang disajikan lebih ke arah negative, sejak saat itu aku memblokir dan membatasi beberapa media, kemudian intensitas bertemu dengan keluarga membuat sering terjadi konflik diantara kita dan adanya toxic member dikeluarga ku, tapi seiring berjalannya waktu aku coba menyelaraskan dan menyesuaikan dengan menggunakan ilmu psikologi yang aku pelajari dan aku juga gak lupa nerapin berpikir positif teman-teman, walaupun agak sulit tapi seiringnya itu nanti kita akan terbiasa jika menerapkannya dengan bijak. Karena berpikir positif sangat amat bagus sekali dampaknya ke diri kita sendiri.

Berpikir positif merupakan salah satu bagian dari aliran psikologi positif yang di populerkan oleh Bapak psikologi positif yaitu Seligman. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari berpikir positif buat tubuh kita apabila kita menerapkannya dalam keseharian terutama dimasa pandemic ini, berpikir positif akan menjadi lebih sehat di tubuh kita yang mana amygdala menjadi lebih tenang serta saraf fogus menjadi lebih baik, banyak menghasilkan emosi yang positif yang mana akan membuat kita ingin melakukan hal baik ke depan, dari emosi positif ini juga akan memberikan otak kita cara mencapainya,  terciptanya mindfulness yang baik juga, percaya pada diri sendiri.

Dalam berpikir positif faktor lingkungan dan orang-orang terdekat juga sangat mempengaruhi. Lingkungan yang positif akan saling memberikan sesuatu yang baik dan akan menciptakan relationship yang membangkitkan. Maka dari itu usahakan untuk melakukan aktivitas yang sekiranya berdampak positif buat kebaikan dirimu sendiri, misalnya kamu bisa membaca buku, artikel atau nonton video yang positif vibes, memiliki teman maupun kelompok yang mendukung, bergaul dengan orang positif, catat hal-hal postif yang ingin dilakukan dan jangan lupa jika sudah dilakukan juga yaa!

Nah mungkin cukup sekian yang bisa aku sampaikan, semoga bisa bermanfaat ya buat kalian, materi berpikir positifnya ini aku dapat dari webinar beberapa waktu yang lalu bersama dokter andri, beliau merupakan dokter spesialis kejiawaan. Terima kasih semuanya yang sudah meluangkan untuk membaca tulisan ku, sampai berjumpa di next post ya 😊

Friday, October 2, 2020

Untuk Mu Yang Namanya Tercatat Di Laudh Mahfudz Untuk Ku

   Saat ini mungkin aku tak tahu dengan siapa aku akan bersanding dipelaminan, dari kalangan mana kamu berada dan dari mana kota asal mu saat ini tapi yang pasti aku sangat berharap kamu adalah yang terbaik dari pilihan-Nya, yang telah ditentukan dari sebelum aku terlahir ke dunia. Entah kapan kita akan dipertemukan nanti tapi yang perlu kamu ketahui adalah aku bukan lah wanita yang sempurna, paras ku tak secantik wanita diluar sana, aku masih banyak kekurangan di dalam diriku, dan aku juga bukan dari keluarga yang bergelimang harta, keluarga ku pun bisa dibilang tidak seharmonis keluarga lain diluar sana. Mungkin banyak orang diluar sana melihat keluarga ku lengkap dan sempurna tapi tidak seindah yang dilihat, sejak kecil aku telah melihat dan merasakan pertengkaran kedua orang tua ku, tapi disini aku banyak belajar untuk nantinya jika aku bertemu dengan mu dan memiliki keturunan dari mu, sebisa mungkin kita berusaha bersama untuk tidak bertengkar dihadapan anak-anak kita kelak, sekecil apapun masalahnya itu. Karena aku pernah berjuang untuk memulihkan ingatan dan luka batin atas kejadian-kejadian di keluarga ku itu. Lukanya memang tidak terasa saat semasa kecil jika kita sampai melakukan hal itu tapi memorinya pasti akan selalu ada untuk diingat dan berdampak ke psikisnya yang kurang baik.

      Dengan nantinya kita dipersatukan dan dipertemukan juga dipelaminan itu artinya aku memaafkan dan menerima masa lalu mu, seberat apapun masa lalu mu dan hal itu pun berlaku sebaliknya dengan mu ke aku. Karena yang terpenting adalah bagaimana nanti kita berjuang bersama menata masa depan, karena di dalam pernikahan pasti akan banyak kerikil-kerikil ujian yang menghampiri, akan banyak angin semilir yang datang dan mungkin kamu akan di uji dengan wanita-wanita diluar sana yang jauh lebih baik dari ku.

      Bukan hanya masa lalu mu dan aku tapi kita satu sama lain harus bisa menerima keadaan keluarga masing-masing, apapun itu kondisi yang ada,  karena kamu telah memilih ku sebagai pasangan hidup mu dan ibu dari calon anak-anak mu, karena menikah bukan hanya menyatukan dua kepala saja tapi juga menyatukan keluarga besar di dalamnya. Dan ini pesan ku untuk mu yang perlu kamu ingat calon imam ku jika suatu saat kamu membaca ini atau mungkin kamu yang membaca saat ini adalah yang menjadi imam ku dikemudian hari “Bukan puji yang aku ingin kan dari mu tapi hati yang penuh syukur sebab engkau memiliki ku………itu yang ku mau, aku tak takut dengan mereka yang lebih cantik dariku, sebab aku tahu engkau selalu menjaga pandanganmu untuk tuhanmu, lalu itu………..yang akan membuatku selalu tercantik dihatimu. Kamu akan selalu di uji dengan wanita lain, lalu hubungan kita tidaklah selalu bisa baik-baik saja dan jika ada masa itu, aku ingin kamu mengingat dengan ayah wanita mana yang tangannya kau ijab karena AKU adalah WANITAMU”              

Saturday, August 1, 2020

Apa sih resiliensi ?



          Hai semuanya apa kabar ? aku sangat berharap semoga kalian masih dalam keadaan baik-baik aja ya, aamiin…
Oiaya gak kerasa ya saat ini kita sudah memasuki bulan ke 5 masa karantina di rumah, demi mengurangi mata rantai penyebaran covid 19, dimasa pandemic ini sebenernya kita sangat rawan untuk terkena penyakit mental yang mana penyakit mental ini bisa hadir di dalam keluarga sendiri, media social, pemeberitaan yang disiarkan melalui televisi dan teman kita juga nih. Selain itu penyakit mental dimasa pandemi ini juga sangat berdampak ke fisik kalian yang kurang bisa beradaptasi, berat badan kalian bisa turun secara drastis, tumbuh jerawat banyak dimuka kalian, merasakan sakit kepala yang hebat dan tentunya masih banyak lagi, yang gak bisa aku sebutin secara lengkap. Karna setiap orang tentu punya reaksi ditubuhnya yang berbeda saat mengalami masa seperti ini.  
Nah teruntuk kalian yang mampu beradaptasi dengan keadaan ini, aku harap bisa tetap dipertahankan ya, tetap bisa mengolala emosi dengan baik juga, karna aku mengapresiasi banget buat kalian yang mampu bertahan dan berjuang di masa pandemi ini dan bisa mengelola emosi dengan baik. Nah ternyata nih di dalam psikologi tindakan tersebut dikenal sebagai resiliensi. Jadi resiliensi itu apa sih ? yuk kenalan lebih dalam.
  Menurut Jackson dan Watkin (2004) Resiliensi dapat diartikan sebagai suatu konsep yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap masa-masa sulit yang dihadapi. Resiliensi diri seseorang juga menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupannya. Sedangkan menurut Goldstein dan Brooks (2005), menjelaskan bahwa resiliensi mengurangi tingkat faktor resiko, dan meningkatkan level faktor pelindung. Resiliensi mengurangi timbulnya kondisi mudah terserang dan meningkatkan kompetensi individu dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Dalam hal ini dapat di tarik kesimpulan secara garis besar bahwa resiliensi itu merupakan seseorang yang memiliki daya juang dan mampu beradaptasi di dalam kehidupannya.
Selain itu ternyata ada juga nih factor-faktor yang dapat mempengaruhi resiliensi, ada apa aja sih ? Menurut Reivich dan Shatte (2004) terdapat tujuh faktor yang menyebabkan munculnya sifat resiliensi seseorang, yaitu:

·        Emotional Regulation
yaitu kemampuan mengatur penyesuaian diri agar tetap tenang pada kondisi di bawah tekanan.
·        Impulse Control
yaitu kemampuan untuk mengatur respon pada saat   menerima rangsangan secara emosional.
·        Realistic Optimism
yaitu kemampuan untuk tetap fokus pada pencapaian masa depan menjadi tujuan. Seperti menghargai diri sendiri dengan tetap menjaga hubungan dengan lingkungan dan melibatkan diri pada hal yang dibutuhkan serta merealisasikannya
·        Emphaty
yaitu kemampuan untuk membaca kebiasaan orang lain untuk mengerti secara psikologis dan emosional untuk membangun hubungan yang lebih baik. Resiliensi seseorang terlihat dari isyarat non-verbal untuk mengetahui lebih dalam hubungan dengan orang lain, serta memelihara hubungan secara emosional dengan orang lain
·        Causal Analysis
yaitu kemampuan untuk menentukan identifikasi secara akurat pada penyebab kesulitan. Apabila individu tidak mampu menemukan penyebab dari suatu masalah tersebut maka individu akan tetap terjebak di situasi sulit tersebut.
·        Self-Efficacy
yaitu seseorang percaya terhadap kemampuannya, membangun kepercayaan diri terhadap diri meeka dan menempatkan diri pada kesuksesaan yang lebih dekat dan kesempatan lebih besar.
·        Reaching Out
yaitu kemampuan meningkatkan hal positif dalam hidup dan mengambil tantangan serta kesempatan baru dalam hidupnya
Nah ternyata ada juga nih aspek di resiliensi, ada apa aja sih ? Menurut Seligmand (1998); Grotberg (1999); Greene 2002 (dalam Monroe & Oliviere, 2007) ada tiga aspek umum yang menjelaskan tentang resiliensi yaitu :
·        Personal resourcefulness
yaitu banyak akal seperti fleksibelitas, keberanian dan ketekunan yang ada di dalam diri manusia
·        A positive life perspective 
yaitu dimana ada sifat optimisme, harapan, kapasitas untuk memaham pengalaman dan motivasi dalam menetapkan tujuan pribadi
·        Social embeddedness
yaitu kualitas dari hubungan antar individu dengan significant others (orang lain) yang menawarkan asistensi kepada individu tersebut

Jadi, gimana uda cukup paham sama resiliensi ? aku harap sih kalian dapat memahami ya, karna ini materinya dari tugas kuliah ku jadi aku bakal cantumin daftar pustakanya ya, sebelumnya aku mau ucapin makasih banyak buat kalian yang uda meluangkan baca di blog ku ini. Semoga bisa bermanfaat apa yang ku sampaikan lewat tulisan ku di blog ini, stay health, safe & positive everyone 😊

Daftar Pustaka :
Goldstein, S.& Brooks, R.B.  (2005). Chapter I: Why study resilience?.Dalam Goldstein, S.& Brooks, R.B (ed).  Handbook of resilience of children. New York: Springer.
Jackson, R dan Watkin, C. (2004). Seven essential skills for overcoming life’s obstacles and determining happiness. Selection dan Development Review, Vol. 20, No. 6, 2004.
Monore, B & Oliviere, D. (2007). Resilience in palliative care. New York : Oxford University Press.
Reivich & Shatte. (2002). The Resilience Factor. New York : Broadway Book.